Tidak terasa sudah hampir sebulan saya menghabiskan waktu di rumah dikarenakan karena pandemik korona ini. Saya tidak akan menyangkal kalau sebenarnya khawatir pake banget mengenai masa depan. Saya tidak tahu apakah masih bisa bekerja di perusahaan yang sama. Bagaimana kalau saya terkena PHK? Lalu kalau sudah di PHK apakah saya bisa bertahan hidup? Bagaimana menghidupi diri sendiri dan ibu yang sudah lanjut usia?
Jadi dalam upaya mengalihkan pikiran mumet yang konon bisa menurunkan daya tahan tubuh, saya beralih ke makan. Nyaris tiap hari saya iseng bikin kopi dalgona yang kandungan kalori sama gulanya itu luar biasa sekali menurut para ahli gizi. Padahal sebenarnya saya gak doyan sama yang namanya kopi. Jadi saya kepikiran bagaimana kalau dengan adonan yang sama tapi pakai coklat?
Sayangnya setelah beberapa kali percobaan, saya harus mengakui tekstur kopi dan coklat itu beda buanget ya man teman... Terkecuali saya mau ribet menggunakan bahan-bahan lain seperti pengembang kue, whipped cream, atau semacamnya demi tampilan kece. Karena saya murni hanya menggunakan bubuk coklat dan gula merah, maka tampilan yang saya dapatkan…sama sekali gak kece. Boro-boro mengapung di atas untuk difoto yes? Yang ada bubuk coklat yang sudah diaduk dengan susah payah itu tenggelam dengan sukses ke dasar gelas. Pelipur laranya adalah, rasanya enak!
Jadi saya baru tahu mengapa dulu-dulu kalau bikin susu coklat rasanya bleh… Ternyata mesti setengah mati diaduk dulu dan barulah dicampur ke susu cair. Terserah mau full cream atau non fat, hasilnya sama saja. Tetap tenggelam tapi rasa tidak mengecewakan.
Terkadang saya hanya membuat adukan bubuk coklat dan gula merah secukupnya… lalu dijilat dengan jari jemari… Atau saya gunakan untuk dimakan bareng dengan makanan sehat yang saya dapatkan dari mengikuti giveaway.
Memang tidak membuat masalah saya berkurang ; malah mungkin bertambah... Saya bisa terancam kegemukan, diabetes, depresi dan sederetan penyakit lainnya. Tapi setidaknya untuk beberapa saat hanya ada saya dan coklat dan gula aren…