Awal-awal saya review di Google Maps, suka iseng kan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, seperti apakah tempat ini bisa buat makan di tempat? Apakah ada ruangan bermain untuk anak-anak? Apakah menyajikan makanan vegan? Dan yang biasanya saya skip karena tidak pernah saya perhatikan adalah: apakah tempat ini mempunyai akses bagi pengguna kursi roda? Karena, ya saya bukan pengguna. Hingga akhirnya mama saya lebih banyak menggunakan kursi roda, barulah saya memperhatikan review pada tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Setidaknya foto yang ada di Google Maps yang diupload oleh pengguna lainnya.
Jadi apa saja yang mesti diperhatikan sama saya kalau jalan dengan ibu?
AKSES PENGGUNA KURSI RODA
Apa saja yang terhitung akses pengguna kursi roda yang saya maksud di sini?
- Restroom khusus di dalam mall bagi pengguna kursi roda karena apa? Bawa kursi roda sekecil apapun, tetap saja akan makan tempat. Kebayang gak kalau antri di restroom yang penuh, belum lagi ada yang suka pura-pura gila dan menyerobot antrian.
Restroom dalam Kereta Api, apakah dekat dengan tempat duduk? Hingga saat ini saya belum ketemu ya restroom khusus buat pengguna kursi roda. Jadi, bersyukur juga sih mama masih bisa berjalan. Yang perlu saya perhatikan, jarak dari tempat duduknya.
- Jalur / tempat khusus untuk pengguna kursi roda
Untuk memasuki mall atau stasiun atau hotel atau tempat umum lainnya, sekarang yang saya cari, apakah ada jalur khususnya? Di beberapa tempat sudah mulai ada, jadi biasanya saya akan pilih untuk masuk dari pintu tersebut.
Kalau di dalam angkutan umum, setahu saya untuk MRT, busway dan KRL, disediakan tempat khusus bagi pengguna kursi roda. Biasanya saya akan menghindari menggunakan angkutan umum tersebut pada jam-jam sibuk.
- Lift & travelator
Jika lokasi lebih dari satu lantai, ya harapannya ada lift atau travelator. Amat sangat membantu bagi pengguna kursi roda.
Hanya ada beberapa halte busway yang punya akses untuk pengguna kursi roda. Apalagi lokasi mereka ada di tengah-tengah badan jalan, jadi rada berpikir keras untuk mencapai haltenya, apalagi untuk masuk ke areanya.
Setahu saya, stasiun KRL di Jakarta, kebanyakan sih TIDAK PUNYA AKSES. Beberapa yang baru saja direnovasi atau dibangun seperti Stasiun Jatinegara, tersedia lift. Sementara stasiun Kereta Antar Kota seperti stasiun Gambir untungnya punya lift, walau terbatas.
Untuk stasiun MRT, jelas ada lift dan petugas-petugasnya semua ready buat membantu. Hingga saat ini saya belum mencoba stasiun LRT, jadi belum bisa komentar.
Jadi, kalau tidak ada fasilitas-fasilitas tersebut, tidak akan saya kunjungi? Ya, gak juga sihhh... Ada beberapa yang saya nekat saja datang, tapi memang untuk penginapan, wajib ada lift. Jadi, walau penginapannya keceh, gedung tua vintage, ramah difoto... tapi hanya ada 2 lantai dan tidak ada lift... BYE...
Sekalian, posting deh yang tercecer dari perjalanan ke Bandung di bulan Oktober lalu. Yang niatnya sih, mau diselesaikan di bulan November, tapi baru sempet sekarang.
MENGINAP (LAGI) di DE PAVILJOEN
Tahun lalu saya ajak mama menginap di hotel ini, dan dia kepingin di sini lagi. Waktu tahun lalu saya sempat kecewa berat karena pemandangan kamar hotel, parah banget. Masa begitu buka tirai, yang terlihat view dari hotel tetangga yang tengah perbaikan lengkap dengan para bapak-bapak yang sedang renovasi. Kebetulan kali ini saya book langsung dari situs hotel de Paviljoen, jadi saya request agar dapat city view. Dan saya dapat kamar di lantai 5 dengan pemandangan sesuai permintaan. Jadi happy-lah.
Sempat ada drama sedikit ketika masuk kamar, yaitu tidak tersedia handuk dan sisir. Saya lupa-lupa ingat sih, apa disediakan sisir atau tidak ya pas dulu menginap di sini? Akhirnya ketika saya menghubungi front desk, selain handuk, saya juga minta disediakan sisir. Dan memang akhirnya dibawakan oleh staff yang tengah bertugas. Jadi teman-teman, catat ya, begitu masuk kamar hotel, selain bikin konten, langsung cek apa saja yang tersedia atau tidak. Jadi, bisa langsung diinformasikan pada pihak hotel.
Saya suka lokasi penginapan ini dan hotel tetangganya karena letaknya dekat dengan tempat nongkrong , restoran, pasar Cihapit sampai Uniqlo aja ada sederetan, asal mau jalan kaki saja. Jadi, biasanya mama saya tinggal di kamar setelah memastikan dia tidak perlu apa-apa. Lalu saya akan mengunjungi kedai kopi dan tempat oleh-oleh di pasar Cihapit dalam 1-2 jam. Biar menyingkat waktu, saya pakai angkot setempat atau ya panggil ojol.
Tidak terlalu jauh dari tempat menginap kita bisa ke .... KFC... Tapi karena saya tidak mampir, jadi tidak saya masukkan dalam daftar kunjung ya:
Ini sarapan paling aman buat kami berdua, rasa tidak mungkin beda deh.
Yang ini beneran surga buat yang hobi foto-foto, karena jujurly, dari segi rasa, ya tidak ada yang istimewa. Tapi tempatnya nyaman untuk nongkrong dan pelayanannya baik banget. Ini termasuk tempat yang nekat saya datangin, karena SEBENARNYA saya ingin datang ke sebelahnya: Hello Summer. Tapi karena harus naik anak tangga yang banyak, akhirnya memilih ke sini. Masih satu area parkir dan masih satu group.
3. Satu Atap
Lokasinya juga berdekatan dengan San Gimignano dan yang ini jelas tidak #elderlyfriendly karena terletak di lantai 2. Lantai 1 adalah tempat oleh-oleh famous-nya Bandung.
Pernah ke sini dua tahun lalu, dan termasuk tempat yang saya nekat bawa mama. Makanan okelah, kamar kecil ada di lantai 1, yang tidak perlu naik turun tangga.
Sebelum pulang ke Jakarta, saya dan mama juga mampir di salah satu tempat makan yang juga perlu naik beberapa anak tangga (untungnya tidak terlalu banyak). Ternyata restoran Mannery jadi satu dengan hotel MR. A yang affordable tapi keceh buat foto-foto. Sampai restroomnya aja cakep! Dan makanannya juga lumayan, walau sempat diprotes sama mama saya soal laksa yang pakai mie dan bukan bihun.
Sebenarnya bisa saja menginap di sini, karena ada kamar di lantai 1. Tapi sepertinya kamarnya tidak ada pemandangan keluar (iya, saya memang sebawel itu). Jadi, sepertinya sekip lah menginap di sini.
Untuk sementara ini duluuu, nanti list akan ditambah lagi.