Dear all yang sudah setia mampir dan buat yang baru berkunjung, gue mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru yaaa...
Have a very happy holiday juga buat semuanyaaa...
Kamis, 25 Desember 2014
Rabu, 24 Desember 2014
Hari Ke-4 dan 5.... Sekilas Jogja
Bangun pagiiiiii banget… Soalnya jam 4.45 pagi sudah harus berangkat ke Candi Borobudur! YAY!... I was practically begging in order to be able to go there. Masalahnyaaaa, semua penghuni kantor sudah pernah ke candi Borobudur. Hanya saya doang yang belum pernah. Jadilah saya harap-harap cemas.Awalnya gue mencari informasi bagaimana caranya supaya bisa melihat matahari terbit di candi Borobudur. Soalnya, candi Borobudur baru buka jam 06.00 pagi. Ternyata ada paketnya, yang bekerja sama dengan Hotel Manohara dan harganya…Rp. 250.000,-! Makjleb. Mahal yak… Akhirnya disepakati untuk berangkat pagi agar gak kepanasan.
Bangun paginya itu berat banget teman-teman. Apalagi, membayangkan cuman bisa sarapan dijalan.Dari pihak hotel kami disediakan sarapan pagi. Ya, gak bisa sarapan ala buffett. Tapi isinya nasi putih, telor rebus, ayam goreng, sayur dan pisang. Lumayan buat mengisi perut.
Sampai di area candi Borobudur…wowww… Bukan cuman kagum…tapi baru nyadar kalau…jauh dari tempat parkir…? Huahahahaha… Jika pengunjung datang agak siang, ada kereta untuk mengantar hingga ke candi. Tapi loket keretanya aja belum buka.Yang baru buka ya loket untuk masuk kedalam area candi Borobudur. Sebelum masuk kami diminta untuk memakai sarung/kain… Ada petunjuknya segala…untuk sarungisasi…
Jumat, 05 Desember 2014
Hari Ketiga: Memasuki Jogja
Hari ketiga; masih di Solo, gue bangun pagi-pagi buat iseng aja jalan-jalan gak jauh dari hotel. Ada gedung gereja GPIB Jemaat Penabur, gedung bank Indonesia..Sebenarnya ingin berjalan lebih jauh lagi tapi hari ini kami harus bergegas untuk kegiatan cave tubing dan river tubing di Goa Pindul dan Sungai Oya. Letaknya di desa Bejiharjo, Karangmojo.
Senin, 24 November 2014
Hari Kedua: Solo - Numpang Lewat
Tanya: Udah pernah ke Solo?
Jawab: Udaaaah doooong… Baru aja… Kota wajib tuh dikunjungi. Secara kota kelahiran nyokap gue… Plus Solo kan juga tempat kelahiran Presiden RI yang sekarang… pak Jokowi
Tanya: Jadi, tempat yang paling berkesan di Solo dimana?
Jawab: Di hotel…
Selasa, 11 November 2014
Hari Pertama: Semarang
Tgl 27 Oktober 2014 hingga 31 Oktober 2014 kantor gue mengadakan acara Refreshing Week dengan rute perjalanan ke Semarang, Solo dan Yogyakarta.
Beberapa waktu lalu gue pernah posting itinerary untuk perjalanan ini. Dan…berantakan. Hahahaha… Dimulai dari perjalanan yang terlambat hampir 1 jam dari Bandara Halim Perdanakusama dengan pesawat Citilink. Pesawat yang seharusnya berangkat jam 09.55 pagi molor hampir jam 11 siang.
Pas di pesawat gue dan dua orang rekan kantor mendapat….jreng… tempat duduk dekat pintu darurat. Which is cool but a bit frightening karena kami bertiga yang harus siap sedia membuka pintu darurat kalau ada apa-apa. Dan mudah-mudahan gak ada apa-apa. Segi positifnyaaa…. Kami bertiga bisa selonjorraaaan…. .
Senin, 10 November 2014
Hati-hati Naik Bus PPDP157
Buat para pengguna bus biasa harap hati-hati deh. Apalagi kalau udah biasa naik yang namanya busway. Bukan berarti di dalam busway gak ada copet. Tapi kayaknya yeee...mereka gak gampang beraksi di busway. Satu, ada petugas. Selama penumpang sadar ada copet dan segera memberitahu petugas, paling enggak dompetnya pasti ketemu. Dengan catatan kalau pencopetnya masih didalam bus dan terpaksa membuang dompet tersebut ke lantai. Beberapa hari yang lalu gue baru aja kecopetan dan rasa sakitnya tuh...disiiiniiiiiii!!!!!
Tapi namanya juga orang Indonesia ya. Masih bersyukur ada yang segera memberitahu sehingga gue bisa cepat blokir kartu kredit. Lalu berlanjut ke atm. Tapi tetap aja gondoooookkkk karena artinya gue harus urus ktp dan atm...
Hati- hati aja deh naik bus PPD P 157. Bisa buka link ini kalau mau lihat rutenya.
Gue sampai ngetwit ke TMC_Polda dan keesokan harinya baru kelihatan ada polisi. Padahal pas kejadian gak ada ... Gak tau juga kalau gak ngeliat karena gue udah paniiiik campur marah.
Pastinya gue kapok naik bus biasa. Kalaupun harus naik, gue mesti ekstra hati2! Plus gue gak akan pake dompet lagi seumur idup!!!!
Tapi namanya juga orang Indonesia ya. Masih bersyukur ada yang segera memberitahu sehingga gue bisa cepat blokir kartu kredit. Lalu berlanjut ke atm. Tapi tetap aja gondoooookkkk karena artinya gue harus urus ktp dan atm...
Hati- hati aja deh naik bus PPD P 157. Bisa buka link ini kalau mau lihat rutenya.
Gue sampai ngetwit ke TMC_Polda dan keesokan harinya baru kelihatan ada polisi. Padahal pas kejadian gak ada ... Gak tau juga kalau gak ngeliat karena gue udah paniiiik campur marah.
Pastinya gue kapok naik bus biasa. Kalaupun harus naik, gue mesti ekstra hati2! Plus gue gak akan pake dompet lagi seumur idup!!!!
Jumat, 17 Oktober 2014
BPJS Step 1
Bapak saya pensiunan salah satu BUMN dan sebagai pensiunan, beliau mendapat jatah berobat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Jadi biar tuh rumah sakit jauh bener dari rumah, tapi karena sebagian besar biaya tidak perlu kami bayar sendiri ya jelaslah dibela-belain. Suka rada sirik sama beliau karena sebagai pegawai swasta ya cuman bisa usaha sendiri dengan ikutan asuransi. Kalau gak alamat MPP alias mati pelan-pelan. Okeh. Fokus. Aniwei, sudah beberapa tahun terakhir ini kedua orangtua saya harus kontrol ke dokter-dokter spesialis di rumah sakit tersebut. Lalu mendadak para pensiunan ini dapat briefing kalau sekarang pengobatan mereka harus menggunakan BPJS. Dan dimulailah cerita itu.
Saat briefing, disampaikan orangtua saya harus mendapat surat rujukan dari puskesmas terdekat dari rumah.. Karena orangtua saya gak mungkin deh pindah ke lain hati eh maksudnya pindah ke dokter lain. Sejak tahun 2008 mereka sudah punya dokter tetap untuk konsultasi.
Ternyataaaaaaaaa, ketika datang ke Puskesmas terdekat...jreng.... masalah pertama dimulai. Gak bisa sembarangan puskesmas walaupun itu dekat. Karena harus sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Jadi kalau bertempat tinggal di tengah-tengah Jakarta Timur dan Pusat... ya mesti lihat lokasi keluarahannya dimana. Puskesmas yang didatangi harus seusai dengan lokasi kelurahan di KTP and kartu BPJS. Sampai di puskesmas yang bener.... masalah kedua nongol. Tidak bisa diurusin orang lain katanya si ibu di puskesmas. Harus orangtuanya sendiri yang dateng kesana. Jadi datanglah kedua orangtua saya ke puskesmas sana and you know what.... Lain kata bagian admin, lain kata dokternya....
"Haduh, mestinya bapak sama ibunya gak usah dibawa kesini gak apa-apa. Khan kasian mereka udah sepuh begini..."
Errr...gitu ya? Seneng karena dokternya baek. Masalah selesai dong?
Kata siapa?
Dokter gak bisa begitu saja memberikan surat rujukan ke rumah sakit tempat ortu saya biasa berkonsultasi. Kami.... eng ing eng... harus memberikan salinan atau copy dari status terakhir yang tentunya harus diminta dari dokter ortu saya. Nah, bagaimana caranya coba? Bukankah riwayat pasien itu gak bisa sembarangan dikasih pinjem walaupun itu ke keluarga pasien. Minta difotocopy'in? Apa iya nih pihak rumah sakit bersedia?
Pas tanya langsung via 500400 ke BPJS, petugas mengatakan kalau prosedur tersebut wewenang masing-masing puskesmas. Jadi belum tentu juga puskesmas lain akan meminta persyaratan yang sama persis. Judulnya PUYENG.
Sampai saya kelar ngoceh-ngoceh di blog ini, saudara saya baru mau usaha ke rumah sakit MENCOBA meminta salinan riwayat kesehatan orangtua saya. Mudah-mudahan dapet...
Kamis, 16 Oktober 2014
Jalan-jalan
Gue selalu sulit memberikan prioritas untuk mana yang bener-bener pengen gue lakukan. Dan mana yang cuman sekedar muasin napsu sesaat. Dan hal-hal tersebut adalah beli gadget yang walau setelah beli puasnya sesaat tapi nangis darah bayar cicilannya sampai setahun. Terus beli baju walau yang ini sih emang bakal kepake sampai baju itu ancur total. Serta pastinya hang out sama temen, yang memang menguras jatah makan selama sebulan di kantin deket kantor. Nah, dengan pengeluaran yang lebih besar pasak daripada tiang, bagaimana caranya gue mau jalan-jalan?
Selasa, 23 September 2014
Yang Perlu Diperhatikan Saat Naik KRL
Sesekali gue naik kereta juga walau lebih banyak di akhir pekan. Soalnya kalau mau naik pas hari-hari kerja ya sama aja gue menyiksa diri. Hanya beda alat. Dari busway ke kereta. Sengsaranya sama aja. Heheheh
Senin, 22 September 2014
Lunch at Jun Njan
Dapat informasi dari temen ada voucher senilai IDR 100.000,- di Groupon yang bisa dibeli dengan harga IDR 60.000,- untuk makan di Jun Njan. Hari Minggu kemarin tanpa perlu reservasi, gue bareng ortu makan di restoran Jun Njan yang berlokasi di Grand Indonesia.
Awal makan bokap udah iseng nanya, ada sate kambing gak? Hahahaha... Bener-bener deh.... salah masuk restoran namanya. Dengan diiringi cengiran dari waitress, gue memesan berikut ini:
Rabu, 17 September 2014
Stasiun Kota
Sedang bengong di akhir pekan akhirnya gue dan sepupu memutuskan untuk ngadem di.... Starbucks stasiun Kota...
Hahahah... gaya bener... Yah, hanya bermodal Rp. 4000,- untuk ongkos bolak balik... jadilah nongkrong sejenak disana...
Sebenarnya karena gue juga pengen membiasakan diri dengan rute kereta api yang sekarang agak ribet. Karena belum biasa aja sebenarnya. Dan memang malas mikir... (ngaku). Jadi, dulu dari tempat gue biasa naik bisa langsung bolak balik ke dan dari Stasiun Kota namun sekarang harus transit. Menunggu kereta datang pas transit itu yang suka bikin kesal. Karena hanya tinggal satu stasiun lagi gitu loh, tapi menunggunya lama bener.
Plus, sekalian ingin melihat-lihat stasiun Kota bagaimana ya sekarang? Apa ada perubahan?
Jumat, 29 Agustus 2014
Emosi Dan Social Media Bullying
Beberapa bulan lalu, tentunya kita masih ingat ketika ada cewek yang mengomel mengenai tempat duduk yang harus ia serahkan dengan gak rela ke ibu hamil. Beritanya disini. IMHO, perasaan itu gue rasakan juga karena perjuangan buat dapet tempat duduk itu keras bowww.... Jujur aja gue lupa juga apakah dulu gue seperti cewek ini, ngomel-ngomel di media sosial soal tempat duduk and so on.... Mudah-mudahan sih enggak ya... Seingat gue, dulu media sosial belum seperti sekarang gila-gilaannya. Boleh dibilang cewek yang namanya Dinda ini yang jadi beken di media sosial karena omelannya.adalah yang pertama.
Kamis, 21 Agustus 2014
Tempat Sampah
Kebanyakan orang di Jakarta itu (mungkin gue termasuk) itu aneh... Mengeluh soal kebersihan jalanan ataupun toilet umum. Tapi hanya sampai sekedar mengeluh dan kurang partisipasi untuk menjaga kebersihan. Masih sering terlihat orang membuang sampah sembarangan padahaaaal....tempat sampah ada gak jauhhhh. Alasan klasiknya adalah, kan ada tukang sapu buat ngebersihin.
Jadi boro-boro mau mikir soal membedakan jenis sampah.... karena mau membuang sampah di tempatnya aja udah bagusss....
Dan gak heran juga kalau pemisahan tempat sampah jarang terlihat... Foto-foto ini diambil di lokasi BCA yang terletak dekat Grand Indonesia . Kalau gak tau itu dimana, letaknya dekat Hotel Indonesia Kempinski gak jauh dari Bunderan HI. Masih gak tau juga? Cari di google.
Anyway, yuk belajar untuk membuang sampah pada tempatnya dan syukur-syukur mau bersusah payah sedikit untuk memisahkan sampahnya. Bisa dibaca disini sedikit penjelasan mengenai pengertian sampah.
Jadi boro-boro mau mikir soal membedakan jenis sampah.... karena mau membuang sampah di tempatnya aja udah bagusss....
Dan gak heran juga kalau pemisahan tempat sampah jarang terlihat... Foto-foto ini diambil di lokasi BCA yang terletak dekat Grand Indonesia . Kalau gak tau itu dimana, letaknya dekat Hotel Indonesia Kempinski gak jauh dari Bunderan HI. Masih gak tau juga? Cari di google.
Anyway, yuk belajar untuk membuang sampah pada tempatnya dan syukur-syukur mau bersusah payah sedikit untuk memisahkan sampahnya. Bisa dibaca disini sedikit penjelasan mengenai pengertian sampah.
Selasa, 19 Agustus 2014
Untung Buat Gue Musibah Buat Yang Lain
Walah, judulnya serem amat. Tapi begitulah yang terjadi kemarin tanggal 18 Agustus 2014. Berhubung gue gak memantau berita jadilah gak tau sama sekali kalau bakal ada pawai budaya. Kalau aja gue baca berita ini dari pagi, mungkin gue bisa antisipasi rute mana untuk pulang.
Jadi seperti biasa, kemarin gue masuk ke halte busway dan kaget melihat antrian jalur yang biasa ...panjangnya luar biasa. Nah, kalau sudah begini mulai deh berpikir untuk mengambil jalur lain yang penting gue gak mau lama-lama di dalam halte busway yang puanas.
Okay, sekarang sudah berada di busway dengan rute yang berbeda yang sebenarnya jadi agak jauh sih. Tapi daripada gue harus perang fisik untuk sekedar berdiri...makasih deh. Lagi gak punya energi. Ternyata setelah duduk didalam busway yang super dingin (karena penumpangnya sedikit), eh....butuh hampir setengah jam untuk keluar dari wilayah halte busway tersebut. Letaknya memang passss banget dekat perempatan jalan jadi makin lengkap deh waktu tunggunya. (maksudnya lama banget).
Bebas dari lampu merah, gue kaget...eh...kok busway ini bergerak kejalur yang justru biasa gue gunakan...? Seorang penumpang yang gue tanya memberi tahu kalau ada penutupan jalan. Dan otak gue yang lemot masih belum kepikir kalau jalan ditutup karena ada PAWAI.. Gue malah mikir, oh bagus nih. Gue bisa turun di halte yang biasa untuk sekedar pindah ke angkot lain. Tapi oh tapi....halte busway yang gue pikir bisa membantu untuk meloloskan diri dari super macet ini.....DITUTUP. Gubraks...
Senin, 18 Agustus 2014
MAD DIMSUM - HALAL
Belum kapok, gue dan temen serta suaminya pergi makan dimsum lagi di MAD - LOTTE SHOPPING AVENUE. Kali ini gue dan temen sudah lebih dahulu memantau mana yang akan kami pesan dan mana yang tidak. Yang mengecewakan saya, makanan non halal sudah tidak disediakan lagi di MAD. Ihiks... But the show must goes on karena voucher sudah dibeli dan dibayar.
Sabtu, 26 Juli 2014
Tampang Dan Prestasi
“Enak ya punya tampang cakep dan body keren,” kurang lebih begitulah kata seorang teman gue beberapa waktu lalu.
“Lho, kok tau-tau ngomong begitu?” soalnya kami berdua yang tampangnya gak kece dan body jelas gak okeh, berpegang pada prinsip muka gak penting karena yang utama adalah keahlian kerja. Walau gak jelas juga keahlian kerja kami berdua itu apa ya? Okay. Lanjut.
Lalu meluncurlah cerita dari mulutnya, mengenai perdebatan antara dia dan rekan bisnis yang berasal dari luar (negaranya gak perlu dikasih tahulah). Teman gue itu sama-sama cewek dan si rekan bisnis adalah seorang bapak. Awalnya mereka mengobrol soal pekerjaan dan berlanjut dengan soal tenaga kerja. Si bapak ini mengatakan kalau ia lebih suka menerima pegawai yang cantik dan bahenol di perusahaannya. Dan kalau si cantik itu melamar berbarengan dengan calon lainnya yang kebetulan kurang okeh secara fisik, maka si cantik itulah yang akan diterima. Teman saya tentu saja protes keras. Ia mengatakan, bagaimana mungkin bapak tersebut main langsung terima yang cantik tanpa peduli keahlian kerja dan latar belakang pendidikannya? Dan jawaban si bapak itu adalah…
“Ah, pekerjaan itu kan bisa dilakukan karena orang terbiasa. Awal-awal kerja semua orang juga pasti belum mengerti mau melakukan apa. Nah, sama saja kan berarti dengan menerima yang jelek ataupun yang cantik? Saya sama-sama tidak tahu kemampuan mereka nanti. Jadi daripada mata saya sakit, lebih baik saya menerima yang cantik saja dong!”
Gubrak….
Untuk beberapa pekerjaan, gue harus mengakui tampang dan penampilan keren memang diperlukan. Model, SPG produk saat pameran, pramuniaga, usher, customer service (mungkin supaya customer bisa melunak sedikit sambil terus memandang si cs yang kece). But IMHO, ada banyaaaak pekerjaan yang sama sekali gak membutuhkan tampang kece. Okeh, tampang sama bodi keren itu bisa jadi bonus. Tapi kayaknya gak penting-penting amat untuk jabatan di pemerintahan ataupun aparat negara. Bahkan buat gue, customer service di bank pun gak penting kece atau enggak. Yang penting orangnya friendly dan bisa membantu memberi solusi masalah kayak misalnya ATM ketelen and so on.
Makanya gue suka heran kalau ada yang sampai heboh liat polisi cakep, politisi cakep, tentara cakep, polisi bisa nyanyi, halaaaah…. Itu kelebihan mereka, tapi sebenarnya passion mereka dalam hidup itu apa? Jadi abdi negara yang dengan segala resiko dan mungkin penghasilan yang cukup-cukup aja? Passionnya di bidang seni? Atau di bidang kulinari? Atau malah modeling? Jadi abdi negara prestasinya ke masyarakat ada gak selain bikin adem mata pas ngeliatin mereka? Kenapa tampang jadi super penting banget untuk semua pekerjaan termasuk aparat negara?
Kalau prestasi gak penting tapi yang dilihat hanya tampang, perkiraan gue akan semakin banyak orang yang memilih jadi dokter bedah plastic di kemudian hari. Mungkin kelak Indonesia bisa menyusul negara tetangganya Thailand dan juga Korea. Kedua negara ini sudah menjadi tujuan pariwisata yang bukan sekedar hanya jalan-jalan tapi juga untuk mempercantik diri. Termasuk oplas. Gak bisa gue bayangin suatu saat ada wartawan nanya ke remaja-remaja yang tengah antri mau oplas dan jawaban mereka ketika ditanya alasannya adalah,” Karena untuk diterima bekerja saat ini yang dilihat bukan prestasi tapi wajah…”
Miris kan?Atau mungkin karena gue sirik aja berhubung gak kece? Heheheheheh….
“Lho, kok tau-tau ngomong begitu?” soalnya kami berdua yang tampangnya gak kece dan body jelas gak okeh, berpegang pada prinsip muka gak penting karena yang utama adalah keahlian kerja. Walau gak jelas juga keahlian kerja kami berdua itu apa ya? Okay. Lanjut.
Lalu meluncurlah cerita dari mulutnya, mengenai perdebatan antara dia dan rekan bisnis yang berasal dari luar (negaranya gak perlu dikasih tahulah). Teman gue itu sama-sama cewek dan si rekan bisnis adalah seorang bapak. Awalnya mereka mengobrol soal pekerjaan dan berlanjut dengan soal tenaga kerja. Si bapak ini mengatakan kalau ia lebih suka menerima pegawai yang cantik dan bahenol di perusahaannya. Dan kalau si cantik itu melamar berbarengan dengan calon lainnya yang kebetulan kurang okeh secara fisik, maka si cantik itulah yang akan diterima. Teman saya tentu saja protes keras. Ia mengatakan, bagaimana mungkin bapak tersebut main langsung terima yang cantik tanpa peduli keahlian kerja dan latar belakang pendidikannya? Dan jawaban si bapak itu adalah…
“Ah, pekerjaan itu kan bisa dilakukan karena orang terbiasa. Awal-awal kerja semua orang juga pasti belum mengerti mau melakukan apa. Nah, sama saja kan berarti dengan menerima yang jelek ataupun yang cantik? Saya sama-sama tidak tahu kemampuan mereka nanti. Jadi daripada mata saya sakit, lebih baik saya menerima yang cantik saja dong!”
Gubrak….
Untuk beberapa pekerjaan, gue harus mengakui tampang dan penampilan keren memang diperlukan. Model, SPG produk saat pameran, pramuniaga, usher, customer service (mungkin supaya customer bisa melunak sedikit sambil terus memandang si cs yang kece). But IMHO, ada banyaaaak pekerjaan yang sama sekali gak membutuhkan tampang kece. Okeh, tampang sama bodi keren itu bisa jadi bonus. Tapi kayaknya gak penting-penting amat untuk jabatan di pemerintahan ataupun aparat negara. Bahkan buat gue, customer service di bank pun gak penting kece atau enggak. Yang penting orangnya friendly dan bisa membantu memberi solusi masalah kayak misalnya ATM ketelen and so on.
Makanya gue suka heran kalau ada yang sampai heboh liat polisi cakep, politisi cakep, tentara cakep, polisi bisa nyanyi, halaaaah…. Itu kelebihan mereka, tapi sebenarnya passion mereka dalam hidup itu apa? Jadi abdi negara yang dengan segala resiko dan mungkin penghasilan yang cukup-cukup aja? Passionnya di bidang seni? Atau di bidang kulinari? Atau malah modeling? Jadi abdi negara prestasinya ke masyarakat ada gak selain bikin adem mata pas ngeliatin mereka? Kenapa tampang jadi super penting banget untuk semua pekerjaan termasuk aparat negara?
Kalau prestasi gak penting tapi yang dilihat hanya tampang, perkiraan gue akan semakin banyak orang yang memilih jadi dokter bedah plastic di kemudian hari. Mungkin kelak Indonesia bisa menyusul negara tetangganya Thailand dan juga Korea. Kedua negara ini sudah menjadi tujuan pariwisata yang bukan sekedar hanya jalan-jalan tapi juga untuk mempercantik diri. Termasuk oplas. Gak bisa gue bayangin suatu saat ada wartawan nanya ke remaja-remaja yang tengah antri mau oplas dan jawaban mereka ketika ditanya alasannya adalah,” Karena untuk diterima bekerja saat ini yang dilihat bukan prestasi tapi wajah…”
Miris kan?Atau mungkin karena gue sirik aja berhubung gak kece? Heheheheheh….
Rabu, 23 Juli 2014
New President Republic of Indonesia
Memang tidak ada yang singkat dalam usaha mencapai sesuatu... Diawali dengan isu santer kalau Jokowi akan mencalonkan (atau menurut banyak orang, dicalonkan sama ketua partainya untuk dijadikan boneka dalam pemerintahan) diri sebagai presiden (berita disini) . Lalu akhirnya berita itu resmi juga ketika Jokowi menyatakan diri maju menjadi calon presiden periode 2014 - 2019 (berita disini).
Gue yang tadinya udah rada males untuk ikut pemilihan caleg (walau pasti akhirnya bakal ikut nyoblos juga), akhirnya jadi nyari tau sana sini. Kalau Jokowi jadi presiden, prestasinya apa saja selama ini? Terus, bagaimana dengan Jakarta? Bukankah dia sudah janji mau beresin Jakarta dulu? Tapi pikir punya pikir, jarang-jarang baca di berita tentang orang yang punya prestasi di media (disini). Padahal pasti adalah tapi yang dimuat di media kebanyakan berita tentang aparat negara yang korupsi. Dan karena sepertinya bapak yang satu ini mulai sering diberitakan, mulai deh melipir ke internet. Karena gue gak punya kliping dari media seperti koran atau majalah. Jadi deh setujuuuu Jokowi mencalonkan diri dan itu artinya harus memilih caleg dari PDIP agar mereka memenangkan PEMILU. Mulai deh bingung, calon yang mana nih? Gue kenal juga enggak. Info tentang mereka di internet juga sedikit. Ribet ya ternyata....
Senin, 07 Juli 2014
Goodbye Hanaru
Tahun 2014 ini gue kehilangan 3 kucing ... Yang terakhir kucing yang sudah berusia 1 tahun 1 bulan (18 May 2013 - 07 July 2014) akhirnya setelah sakit 4 hari.
Gak bisa banyak ngomong karena sedang sedih... Just wanna say goodbye and thank you for being with me and my family. Thank you for all the laughters you have given us.
Jumat, 04 Juli 2014
Go Jokowi JK
Gue sama keluarga (maksudnya orangtua) seumur-umur belum pernah GOLPUT. Oh, bukannya mau membanggakan diri tapi memang ada sih alasan-alasannya.
Pertama, walau tahu yang dipilih bakal itu lagi, itu lagi, pas baru ikut PEMILU pertama kali gue merasa girang. Rasanya resmi jadi orang dewasa di Indonesia (apa hubungannya jadi dewasa sama nyoblos pemilu?) Tapi rasa girang itu jadi lenyap karena mendapat panggilan oleh... (isi sendiri) bertempat di.... (tebak sendiri) dan ternyata berujung pada penyuluhan (kalau gak mau dibilang pemaksaan). Gue dan beberapa orang yang saat itu baru pertama kali memilih DIMINTA untuk menyoblos yang itu-itu lagi. Dan karena gue juga tipe orang yang berpegang pada prinsip yang penting gue aman; gue dan yang lainnya langsung mengiyakan saja. Dan dirumah juga dapat penyuluhan lagi dari orangtua. Katanya, inget-inget untuk tidak milih yang lain selain yang udah kasih makan selama bertahun-tahun. Hadeh...
Rabu, 02 Juli 2014
MAD JAKARTA
Ada voucher makan dim sum sepuasnya! Yay! Tapi tunggu dulu, apakah hanya judulnya saja makan sepuasnya? Ternyata tidak. Ada beberapa jenis dim sum yang bisa dinikmati sepuasnya dengan harga paket Rp 99.000,- sudah bersih. Jadi jelas gue tertarik. Ada ketentuan kalau sampai tidak mampu menghabiskan makanan yang dipesan maka makanan yang tidak habis itu akan dikenakan biaya sesuai yg ada di menu. Jadi misalnya pesen 10 siew mai tapi habisnya hanya 5, maka 5 porsi sisanya itulah yang harus dibayar. Lengkap dengan tax dan service.
Reservasi harus dilakukan setidaknya sehari sebelum makan. Untuk yang menggunakan voucher diberikan batasan jam makan. Iyalah. Namanya juga makan sepuasnya kalau gak dibatasin bisa nongkrong dari pagi sampai malem kaleee.... Saya melakukan reservasi untuk jam 1 hingga jam 3.
Saat saya datang sekitar jam 12.30 dan memperlihatkan voucher tersebut di MAD, saya langsung dipersilahkan masuk. Saya pikir, okeh nih... Saya bisa memesan makanan terlebih dahulu sembari menunggu kedua teman makan datang. Tapi disinilah kesalahan saya. Saya tidak berusaha bertanya sebenarnya menu yang tertera yang bisa kami pesan berkali-kali. Saya cuman mengandalkan feeling dari bahasa Inggris yang pas-pasan dan memesan sekitar 4 jenis dim sum. Pesanan saya masuk jam 12.46 PM dan sekitar jam 13.15 kedua teman saya datang. Ia menanyakan apa saja yang sudah saya pesan dan sambil menunggu, kami memesan Jasmine tea. Soalnya bisa refill (ketebak banget deh modusnya). Tunggu punya tunggu sambil ngobrol hingga jam 13.30 kok yang nongol baru satu? Kehilangan kesabaran kami mulai bertanya pada setiap pelayan yang lewat. MAsalahnya nih, siapa yang tidak jengkel kalau hanya bisa menatap makanan yang lewat tapi ternyata pesanan orang lain? Jadi karena kesal sudah kelamaan menunggu, kami mulai memesan 2 porsi untuk setiap menu makanan. Bahkan untuk chicket feet, kami minta tambahan 5 porsi lagi! Sudah tidak jelas ini dorongan karena lapar atau keki.
Rabu, 11 Juni 2014
Thank you and Goodbye
Awal punya akun media sosial seperti Facebook itu, hanya digunakan untuk melacak teman-teman lama. Juga memulai persahabatan dengan teman-teman baru. Nah, teman-teman baru ini juga termasuk yang tidak gue kenal di dunia nyata. Loh? Gak kenal kok di add atau kok diterima saja permintaan untuk berteman? Yah, tidak ada salahnya juga kan menambah teman? Beberapa dari mereka akhirnya ketemu muka juga kok. Masalah apakah setelah bertemu muka itu akan jadi cocok itu menjadi urusan nanti...
Perkembangannya adalah punya akun di media sosial menjadi kesempatan untuk mengekspresikan apa yang saat itu dipikirkan, dirasakan. Jari jemari menjadi lebih cepat daripada jalannya otak. Tau-tau udah pencet enter dan jrengg....beredarlah cuap-cuap tersebut di dunia maya. Efeknya sudah jauh berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Dulu sih paling diem-diem diketawain sama teman-teman dunia maya. Dan paling juga disindir habis-habisan. Apalagi untuk status yang bernada emosi, berkeluh kesah berkepanjangan. Yap, jarang ada orang yang bersimpati untuk status-status semacam ini. Contohnya saja status Dinda yang mengeluh soal tempat duduk. Padahal gue yakin, gak cuman Dinda yang merasakan hal yang sama. Tapi, tidak semua memutuskan untuk mengeluh di media sosial. Yang akhirnya di foto dan disebarluaskan sehingga menjadi konsumsi orang banyak. Mengingatkan kita bahwa jari jemari ini mesti lebih bisa dikontrol jika kita tidak ingin mendapat reaksi dari begitu banyak orang.
Perkembangannya adalah punya akun di media sosial menjadi kesempatan untuk mengekspresikan apa yang saat itu dipikirkan, dirasakan. Jari jemari menjadi lebih cepat daripada jalannya otak. Tau-tau udah pencet enter dan jrengg....beredarlah cuap-cuap tersebut di dunia maya. Efeknya sudah jauh berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Dulu sih paling diem-diem diketawain sama teman-teman dunia maya. Dan paling juga disindir habis-habisan. Apalagi untuk status yang bernada emosi, berkeluh kesah berkepanjangan. Yap, jarang ada orang yang bersimpati untuk status-status semacam ini. Contohnya saja status Dinda yang mengeluh soal tempat duduk. Padahal gue yakin, gak cuman Dinda yang merasakan hal yang sama. Tapi, tidak semua memutuskan untuk mengeluh di media sosial. Yang akhirnya di foto dan disebarluaskan sehingga menjadi konsumsi orang banyak. Mengingatkan kita bahwa jari jemari ini mesti lebih bisa dikontrol jika kita tidak ingin mendapat reaksi dari begitu banyak orang.
Alasan Tidak Menggunakan E-Ticket
Sempet surprise juga baca berita ini. Tapi memang sih, hingga saat ini masih banyak pengguna TransJakarta yang enggan menggunakan E-Ticket.
Mungkin alasan berikut ini yang menjadikan orang enggan menggunakan E-Ticket:
Jumat, 16 Mei 2014
Sinetron Sekolah Yang Gak Sekolah
Ngomongin sinetron Indonesia sih memang gak ada habis-habisnya deh. Mulai dari cerita sinetron yang kebanyakan TERINSPIRASI dari sinetron atau serial luar. Sampai yang ceritanya gak jelas sebenarnya mau cerita apa sih?
Kalau lo pada ngeledek udeh tau sinetron Indonesia jelek kok ya ditonton... Ya, ini masalah intern sih... Hehehehe... TV di rumah cuman satu. Moment-moment untuk bisa duduk bareng sama ortu ya cuma pas jam-jam sinetron diputer. Jadi mau gak mau gue terpaksa harus ikutan nonton dan sering berada dalam kondisi kepingin membenturkan kepala ke tembok...
Yang sebenarnya yang paling bikin gue heran adalah sinetron yang TEMA-nya sih tema remaja dan sekolah. Tapi sepanjang sinetron ataupun FTV tayang, kayaknya sih gue gak pernah melihat ada cerita tentang anak-anak sekolah menengah tersebut yang benar-benar ada kaitannya sama pelajaran atau sekolah.
Mungkin gue udah bangkotan kali ya... karena gue gak tau sebenarnya anak-anak sekolah jaman sekarang ngapain aja sih di sekolah? Kok sampai yang bikin cerita gak bisa bikin sih? Coba gue inget-inget ya, jaman duluuuu banget waktu gue masih sekolah tuh ngapain aja sih?
Langganan:
Postingan (Atom)
Ria's Been Here
Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.