Blog berisi curhatan si lajang

Tampilkan postingan dengan label fashion. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fashion. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Agustus 2016

Tips Foto Keceh

Koleksi pribadi waktu jalan-jalan yang postingannya di sini nih

Postingan kali ini murni bukan buatan saya, melainkan copy paste sebagian dari seorang teman yang beberapa waktu lalu traveling dengan teman-temannya yang lebih muda. Dari jalan-jalan dengan teman yang beda generasi dia belajar tips pengambilan foto saat jalan-jalan sebagai berikut: 

Kamis, 02 Juni 2016

5 Baju Bikin Keren Untuk Lebaran

Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons & InvolveAsia X HB & BB. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher berrybenka dan voucher hijabenka disponsori oleh Berrybenka & Hijabenka.

Kompetisi Blogger Lebaran


Hah, Ria, kamu merayakan Lebaran? Ehm, saya memang selalu ikut merayakan Lebaran kok sedari kecil. Saya mempunyai keluarga yang merayakan Lebaran dan itu belum terhitung dengan tetangga dan teman-teman. Jadi, biarpun tidak ikut puasa tentu saya tidak mau melewatkan kesempatan untuk bertemu dan merayakan hari besar tersebut dengan mereka. 

Memang sih, baju baru saat ini bukan sesuatu yang wajib. Tapi bukan berarti dilarang keras dong mengintip situs belanja online dan mulai memasukkan satu persatu ke dalam wishlist? Dan setelah stalking dengan penuh perasaan, maka berikut ini lima pakaian yang jadi incaran saya dari situs Berrybenka agar tambah keren pas Lebaran.

Sabtu, 16 April 2016

Stalking Online Shop

Dari akun Clozette saya
Judulnya serem amat... Iya, saya punya hobi stalking akun-akun medsos yang menjual baju, tas, sepatu... Ehm, belum kapok juga ya saya padahal sudah kejeblos beberapa kali. Setelah lumayan fatal akhir tahun lalu dengan baju batik gak jelas, akhirnya saya mengambil keputusan. Stalking boleh-boleh saja, tapi saya tetap harus lihat dulu produknya. Kecuali satu dua akun toko online yang barangnya sesuai harapan, biasanya saya sudah percaya tanpa perlu melihat lagi. Ya, ini efek jelek dari berhasil mengurangi berat badan adalah saya jadi hobi beli baju. *alesan*

Selasa, 23 Februari 2016

Addicted to Bag


Postman Bag

Jadi cewek itu ribet, walau bukan termasuk fashionista sekalipun. Malah, kadang saya berpikir justru karena bukan fashionista makanya saya jadi ribet. Kalau buat pesta mesti pakai tas apa ya? Terus kalau mau ke acara semiformal enaknya menggunakan tas apa? Terus tas yang mau digunakan itu cocok gak sama baju… Halah… Puyeng… Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya saya memang hobi beli tas. Dulu hobi beli tas ketika baru kenal sama yang namanya area Tajur di Bogor. Sekarang sudah jauh lebih tobat karena kondisi yang memaksa (apa sih?).

Akhirnya saya iseng deh membongkar lemari untuk mendata ulang (seolah yang kebanyakan tas aja) apa saja sih yang saya gunakan selama ini? 

1. Tas Kerja
Yang ini tidak usah acara foto segala yah, karena saya baru sadar tas yang digunakan untuk sehari-hari bekerja ini justru yang paling cupu dari semuanya. Kenapa? Karena saya tidak ingin memberikan kesan : “kalau bisa pakai tas mahal maka isinya pasti sama banyaknya dengan yang harus dibayarkan untuk mendapatkan tas tersebut” - alias mengundang copet. 
Tas untuk membawa perlengkapan perang ke kantor ini seperti payung, topi, handphone, charger, Ipod, buku notes, lemari, meja… eh, itu sih kantong Doraemon ya… Back to topic. Karena isinya banyak, maka tas tersebut harus yang simple tapi bisa muat semua barang yang perlu saya bawa. Dan yang bisa dikepit agar setidaknya mengurangi kemungkinan dicopet.

Minggu, 14 Februari 2016

Dorotea Gale - The Creator


We have talked about products of Dorotea Gale and now surely we should talk about people behind this production. And without further ado, here is the interview with the woman behind Dorotea Gale productions: Dewi Christina


Hi Dewi :) Thanks for doing this interview with me. So, tell me about yourself?

I was born in Spain and grew up in a small city there. My dad is Indonesian so I started travelling between the two countries when I was five years old. I haven’t stopped since then. I studied Social Work and completed my studies in Santiago de Chile and Madrid, where I had a Master’s degree in Community Social Work. I also spent a few months in India studying and practicing yoga right before coming to live in Indonesia. 
While I was living in Jakarta I studied Fashion Design and fell in love with traditional Indonesian textiles. I started a personal blog about them just to write down all what I was learning about them and the Indonesian culture, which I find incredibly rich. I realized then that there are many people sharing that same interest, after all the Spanish-speaking community is pretty big!



When did you actually decide that this is the line of work that you would love to do in your life?

I love traditional Indonesian textiles so I love everything related to them. The techniques, meanings and stories they have behind are incredibly interesting for me. It’s also a way to show appreciation for my own roots. Bringing together both my European and Asian backgrounds into the designs and trying to bring both cultures closer is something meaningful to me.


Jumat, 12 Februari 2016

Dorotea Gale - The Product


I have this habit of asking someone that I know from social media to meet up in person. I mentioned this on my previous postings months ago. Anyway, I have twitter follower that attract my attention because of the name: Dorotea Gale.

Naturally, I browse around and I found out that Dorotea Gale is actually the name of their product using Indonesian textiles. I got curious and ask the owner to meet and have a little of chit chat. And not only just a gal chit chat. But I used this opportunity to interview the owner as well. So, here goes...


Can you tell us a bit about Dorotea Gale? Like when this business started? Why choose the name?

Dorotea Gale was founded by Dewi Cristina after living in Indonesia for a while. Here she began to learn about Indonesia’s traditional textiles and the expert craftsmanship behind them. She wanted to do something practical and beautiful with them. Being a fanatic traveler, she was quite used to not to have more than the strictly necessary things, and having a textile collection was not very pragmatic. That’s where the idea of Dorotea Gale began. She decided to use the beautiful fabrics collected on her travels to make useful objects everyone needs in their daily lives, firmly believing that thing become alive only when they are used.

The name Dorotea Gale was inspired by the main character of the Wizard of Oz. Like her, Dewi had left everything she was accustomed with to start following her own yellow brick road to search for something else. This is where the story of Dorotea Gale begins.

Kamis, 14 Januari 2016

The Saviour Shoes

Foto dari postingan sebelumnya

Kemarin saya abis ngoceh-ngoceh soal baju amit-amit yang saya beli online... Kesimpulannya memang saya kalau sudah mupeng sama barang jadi pengen cepet-cepet beli. Akibatnya tidak teliti. Dan ini terulang lagi sama sepatu yang sudah jadi penolong untuk baju batik itu.

Loh? Kok bisa?

Jadiii, selama ini saya temenan di medsos sama penulis keren yang namanya Langit Amaravati... Awalnya saya tidak tahu kalau emak satu ini bukan hanya sering menang pada banyak kompetisi blog. Tapi juga punya produk-produk sepatu, kaos dan tas. Hanya saja selama ini saya baru pada level mantengin hasil produk-produknya di Facebook dan Instagram. Eh, tapi ceritanya pada suatu malam pas lagi melipir ke akunnya saya langsung jatuh hati sama sepatu ini.

Rabu, 13 Januari 2016

Being Fashionable

Contoh warna dan motif baju dr penjual
Okay, sudah cukup saya mengoceh soal makanan, restoran, selera saya dan tips yang ternyata toh dilanggar juga. Sekarang saya akan mengoceh (topiknya beda tapi niatannya sama) tentang baju batik yang saya beli. online.

Yak, tidak perlu mengingatkan kalau dulu saya pernah membeli sekaligus dua saat itu dan semuanya gagal dengan sukses. Jadi setelah kegagalan luar biasa itu saya sempat kapok. Tapi, lama-lama saya lupa akan kegagalan belanja online. Mulai deh saya meilipir lagi ke beberapa situs belanja online dan juga yang khusus menjual baju. Beberapa diantaranya punya outlet sendiri dan juga rajin ikut semacam bazaar dan pameran di mall. Jadi setelah saya melihat foto pakaiannya, saya cocokkan dengan aslinya dan saya puas. Percaya diri kembali saya dapatkan dan mulai membeli baju online tanpa melihat baju aslinya. Ternyata tidak semua toko baju online itu buruk. Kemudian saya mulai mencari yang ceritanya agak mahalan dikit buat kantong saya. Untung tahun baruan duong ceritanya. Sepatu baru sudah saya dapatkan dan ada ceritanya sendiri nanti. Yang belum ada tinggal baju dan saya memilih dress batik. Saya sempat bingung dengan dua model baju. Tapi saya pilih yang model dress, yang memanjang dan melebar ke bawah. Karena biasanya saya menggunakan ukuran L dan untuk ukuran saya masih gak pede untuk memesan ukuran M; kalau tidak mencobanya sendiri.

Jadi, saya menemukan toko online yang sepertinya dapat dipercaya. Produknya belum banyak tapi modelnya hanya beberapa orang. Maksudnya begini, saya sekarang tidak pernah percaya untuk membeli produk yang digunakan oleh model yang mukanya Korea banget. Alias, baju itu pasti memang aslinya keren, dipakai sama orang yang udah cakep. Nah, pas sampai ke saya bahan bajunya beda banget. Dan digunakan oleh saya yang tentu saja tidak sekeceh dan selangsing model Korea tersebut.  Nah,  yang ini sama sekali tidak. Baju digunakan sendiri; bisa jadi oleh yang punya toko online tersebut. Sayangnya, saya melihat sambil lalu saja testimony yang belum banyak. Dengan bodohnya saya pikir, well… namanya juga toko yang baru buka. Tentu saja baru sedikit yang memberikan testimony.

Rabu, 30 September 2015

#OOTDAlaAku: Fashion40

Akhirnya setelah beberapa kali menemukan postingan dengan judul yang dimulai : #OOTDAlaAku membuat saya jadi tergugah untuk ikutan (deee, tergugaaaah) di hari terakhir pulak.

Sebagai cewek yang telah menginjak usia empat puluh tahun sekian-sekian (sorry, detail hanya diberikan kalau yang bertanya mau kasih kado. Titik.) , saya terpaksa mulai berpikir sedikit tentang fashion. Sedikiit aja. Jadi begini, setiap kali saya melihat baju ala Korea yang imut-imut (yang jadi alasan terbesar ikutan GA ini) rasanya mau beli ajaaa. Apalagi kalau sudah pergi ke Tanah Abang dan berjejer baju yang antik unik dan saya yakin tidak banyak yang berani pakai. Masalahnya kadang saya juga berpikir, apa masih pantas menggunakan baju terusan dengan model yang imut-imut? Tapi, saya malas juga dong bowww kalau harus berpakaian yang rapi terus-terusan kayak mau ada acara meeting aja. Jadi, saya perlu baju yang gak bikin saya merasa oh nooo, I'm so old already. Tapi tetap mengutamakan kenyamanan saya sebagai pemakai. Karenaaa, baju yang nyaman dipakai itu akan membuat si pengguna jadi percaya diri. Dan kecantikan terpancar dari rasa percaya diri itu. Ehm...

So, baju - baju yang menurut saya adalah OOTD ala saya dan mudah-mudahan bagi wanita usia 40 tahunan lainnya:

1. Batik 
Pas banget ya postingan ini menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh tanggal 2 Oktober nanti. Yup, batik ataupun baju yang bermotif etnik menurut saya adalah pakaian paling okeh abad ini *lebay*. Bisa untuk semua umur dan beberapa dari baju tersebut bisa digunakan pada acara resmi ataupun santai. Dan tidak pernah akan ada yang akan bilang,"Kayaknya kamu ketuaan deh untuk pake baju batik/etnik."

Kamis, 03 September 2015

Helpful Hairdresser

Teman-teman saya mengenal saya sebagai orang yang cuek bebek sama penampilan. Lama setelah bekerja, saya mulai sakit kuping diomelin oleh kedua orangtua saya. Jadi, apa dulu yang mesti dibenahi? Rambut. Setelah berganti-ganti salon, akhirnya beberapa tahun lalu saya berhasil ketemu hairdresser yang cocok. Mas  Eko yang bekerja di salon Johnny Andrean yang berlokasi di Plaza Senayan ini tahu banget deh sama tipe rambut saya. Rambut saya itu tipenya kasar dan mesti rajin disisir terusss. Sementara saya paling males kalau sebentar-sebentar harus menyisir. Walau setiap kali merogoh kocek untuk urusan rambut saya harus mengirit di pos-pos pengeluaran lain, tapi ya gak apalah... 

Waktu saya belum bekerja alias semua ongkos hidup masih ditanggung orangtua...terpaksa pasrah saja ikut ke salon langganannya. Ya ampun, perasaan saya minta model rambut yang paling simple pasti jadinya aneh. Mungkin imajinasi saya dan yang memotong rambut saat itu berbeda jauh. Saya maunya begini, tapi menurut dia yang disokong oleh mama saya, bagusnya begini. Jadilah setiap kali pulang pangkas, saya pasti bete. 

Kamis, 12 September 2013

Sneaker Wedges


Gue sedang mupeng dan kepingin banget sama sepatu iniiii...Jadilah kerjaan gue browsing, nyimpen gambar-gambarnya, dan menyesaaaal kok gue bisa ngeh sama ini sepatu. Why? Ooooh, gak tahu juga... Mungkin karena jauuuh di dalam lubuk hati gue masih tersisa jiwa anak-anak... Atau gue susah menyesuaikan diri dengan fashion yang cucok untuk gue. Atau karena jaman dulu, pas gue doyan gambar , model sepatu ini (ya gak persis banget kayak gini sih) udah ada dalam benak gue.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.