Blog berisi curhatan si lajang

Rabu, 08 Juni 2016

Apalah Arti Nama?

Nama adalah identitas seseorang yang menurut saya pribadi, punya arti dan maksud serta harapan dari orang yang memberikannya.

Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan tradisi masing-masing punya kebiasaan tersendiri untuk memberikan nama. Ada yang memberikan hanya satu nama, tanpa disertai nama keluarga. Ada juga yang memberikan nama panjang, tetap tanpa nama keluarga. 

Saya baru menyadari ribetnya urusan nama ini ketika dewasa dan mulai memiliki kartu identitas kependudukan alias KTP. Plus ditambah dengan ribetnya urusan membuat akta kematian untuk mendiang papa yang nanti akan saya ceritakan pada pos yang terpisah.

Jadi, saya diberikan nama Ria Mathilda Rotua oleh mama dan nama Tumimomor adalah nama keluarga dari pihak papa. Namanya kok banyak banget? Sepertinya kebiasaan dari keluarga mama dan papa yang pasti memberikan lebih dari satu nama. Mama saya berasal dari suku Batak sementara papa saya dari suku Manado. 


Jadi saya punya satu nama depan, dua nama tengah dan terakhir adalah nama keluarga.

Yang ternyata tidak muat lah yaaaauw di KTP! Gubraks...

Ketika saya membuat KTP dulu, awalnya saya hanya membuat tiga nama tanpa mengikutkan nama keluarga. Tapi ketika saya membuat paspor, hasilnya adalah nama tengah saya yang menjadi nama keluarga. Buat saya pribadi hal ini jadi rada mengganggu dan bikin sakit mata. Hanya saja kok ya malas banget kalau saya harus membuat paspor seolah saya belum pernah membuat sama sekali. 

Jadi sekarang saya pakai nama keluarga dong ceritanya. Lalu petugasnya melihat akta kelahiran dan memandangi saya sejenak sebelum mengatakan,"Bu, namanya tidak bisa dimuat semuanya di KTP. Jadi bagaimana?"

Dengan tidak rela tapi apa boleh buat, terpaksa saya meminta agar nama tengah disingkat. Saya sebenarnya khawatir dengan singkatan ini, karena saya menggunakan tanda tangan dengan nama tengah. Pusing kan? Mau ganti? Gile aja luuuu... Saya sudah capek untuk urusan tanda tangan ketika hendak membuka rekening di BCA. 

Saya baru menyadari kenapa papa saya hanya menyingkat namanya menjadi Alex C. Tumimomor di KTP. Sementara ia punya nama yang tidak kalah panjangnya dengan saya. Karena simply KTP tidak bisa memuat lebih dari tiga nama. 

Tapi ketika saya hendak membuat akta kematian, petugasnya sempat bingung karena nama di akte lahir papa saya apa, namanya di akte pernikahan apa, eh kok di KTP kenapa cuman segini aja namanya?

Ini jadi pelajaran buat saya agar kita juga sebagai penduduk harus ikutan teliti dengan apa yang dicetak pada kartu identitas dan surat-surat penting lainnya. Karena ada perbedaan satu huruf saja urusannya bisa jadi panjang, menjengkelkan dan menghabiskan waktu. 

Just sharing, nama mama saya sempat salah tertera di KTP dan otomatis salah juga di KK. Misalnya nama mama saya Dini, tapi dicetak jadi Rini. Kalau saya harus konfirmasi nama gadis mama bisa kebayang gak sih bakalan ditolak terus? Saya ngotot namanya Dini tapi yang tertera di system sesuai KTP dan KK adalah Rini. Untung saja akhirnya kesalahan satu huruf tersebut bisa dikoreksi walau tentu saja sempat bikin mama uring-uringan. 

Untuk urusan nama keluarga, teman saya yang kuliah di Jerman sempat cerita kalau nama keluarga itu pasti akan ditanyakan oleh pihak administrasi sekolah. Jadi tidak bisa kolom nama keluarga dibiarkan kosong. 

Nama, terserah yang memberikan tapi pada akhirnya urusannya bisa panjang. Punya satu nama saja jadi ribet. Punya kebanyakan nama juga sama bikin pusing untuk urusan administrasi. 

12 komentar:

  1. wah Mba pas ujian capek ga pas ngitemin namanya?hehehe

    BalasHapus
  2. Ini bener banget kak Ria..
    Pelajaran buat ortu, kadang nama bagus dan panjang nggak semerta2 dimengerti oleh pihak birokrasi.
    Anak pertamaku jg namanya kepanjangan, ada 5 kata. Baru urus surat baptis n sekolah aja udah salah2.
    Belom lagi ortu jaman sekarang kasih nama anak susah2. Yang ngetik pusing.
    Dan bener banget salah 1 huruf aja ngurusnya ampun2an.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener juga sih. Namanya pada antik2... Tapi ya Susan aku mikirnya, ngetik nama di kartu identitas ini kan gak kayak nguber setoran. Mereka punya banyak waktu and periksa dan periksa. Aku lebih seneng sebenarnya kalau kita yang mau bikin identitas dikasih kesempatan utk periksa sendiri. Kayak bikin SIM kan sekarang begitu. Ditanya, udah bener ya namanya ya... Baru diproses... Tapi balik2 mesti kita juga yang teliti periksa supaya kesalahan gak berlarut-larut.

      Hapus
  3. Kalau aku pusing perkara huruf aja sih Mbak. Aku suka dibikin sebel kalau namaku "aprillia" huruf L-nya cuma ditulis satu. Eh, lha kok gak belajar dari pengalaman aku kasi nama anakku "athaillah" dengan dua L juga hehe.

    Btw itu tnda tangan BCA ngingetin dulu pas buka rekening bolak-balik disuruh ngulang tandatangan hny krn gk bisa sama yk yg di KTP, ribet hehe :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, hati2 nanti kalau anaknya sudah punya KTP... mamanya mesti ikut cek jangan sampai ada satu hurufpun atau data lain yang salah tulis :)
      Rekening BCA itu perlu bikin makanya biar makan hati terpaksa dijalanin aja deh :(

      Hapus
  4. Well, ngomongin masalah nama, Nama saya sering diasumsikan terlalu girlie.

    Contohnya, kalo ada dosen yang baru pertama kali ngajar, pasti beliau ngelirik ke arah perempuan hehe. Nice article mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks for reading it :) Udah pernah nyoba nanya ortu kok kasih namanya itu? :)

      Hapus
  5. Nama, ya sekali lagi soal nama. Kini menyebut nama saja orang bisa terkecoh Sudah lazim nama yang terkesan maskulin ternyata perempuan. Justru nama yang feminin ternyata tulen laki laki. Mantan bos saya dulu nama belakangnya Sukarti. Kawan saya nama depannnya Endang. Semuanya laki laki. Nah bingung sendiri kan Makanya dalam formulir isian biasanya disertakan pertanyaan Sex : male atau female. Atau jenis kelamin : laki laki atau perempuan

    BalasHapus
  6. Aku juga pernah ngalamin salah nama di KTP sama KK. Harusnya Efi jadi Evi. Atau nama belakangku masih aja ada yang salah nulis atau ngetik. Kurang kuruf y atau fitriah gitu. Makanya kalau ngenalin diri, aku suka bilang Efi pake F, fanta. Bukan Victory, hehe. Ya kali kalau cuma ditip-ex doang selesai urusan. Tapi dalam hal tertentu urusan beda satu huruf aja jadi ribet. Cuma orang lain suka nganggap cetek soal ini, ya. I feel you, mbak.

    BalasHapus
  7. Nama saya terdiri dari 3 kata, tapi kalo ditulis lengkap lebih dari 26 karakter belum termasuk spasi, makanya nama terakhirnya disingkat. Sekarang kalau bukan untuk urusan administrasi saya cuma nulisnya Elisabeth Murni dan menghilangkan kata terakhir hehe.

    Saat punya anak, saya kasih dia nama 3 kata dan lebih dari 20 karakter. Terus teman-teman yang jadi guru udah mewanti-wanti, "Kamu kudu mulai mikir nanti yang mau disingkat yang mana, soalnya sekarang di ijazah cuma sekitar 20 karakter dengan spasi. Kalau lebih dari itu harus disingkat" duh...

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.