Usaha Pertama |
Dari dulu saya sih memang seneng banget foto diri sendiri... Maksudnya, senang memaksa orang lain untuk mengambil foto saya lagi sendirian. Apalagi kalau sedang dalam perjalanan ke luar negeri. Teman perjalanan saya sampai tobat-tobat menghadapi kelakuan saya yang banci kamera. Padahal kalau dipikir-pikir orangtua saya tidak begitu-begitu amat untuk urusan foto. Bukan masalah saat jaman mereka dan saya belum ada yang namanya kamera handphone dan monopod alias tongsis. Yang ada alat yang namanya tripod dan itu jelas tidak masuk dalam anggaran belanja orangtua saya. Tapi toh ada banyak foto-foto saya mulai dari bayi sampai menjelang remaja. Tentu saja konsep foto mereka beda dengan saya. Kalau mereka mementingkan segi dokumentasi sementara saya lebih mementingkan segi saya kece atau tidak dalam foto tersebut. Jadi karena ini saya sering kena semprot terutama oleh mama karena sering mencoba foto berulang kali. Maklum, dulu khan untuk foto-foto lebih ribet. Harus ada kamera lalu pake klise film baru dicetak. Kadang kalau mau irit ngintip dulu di klise film, foto mana saja yang mau dicetak. Dan orangtua saya walau malas untuk foto diri, selalu menikmati untuk membuka-buka album foto lama. Mengingat lagi kenangan yang terekam dalam foto-foto tersebut.