Blog berisi curhatan si lajang

Rabu, 01 April 2015

Kebersamaan Dengan Keluarga

Usaha Pertama

Dari dulu saya sih memang seneng banget foto diri sendiri... Maksudnya, senang memaksa orang lain untuk mengambil foto saya lagi sendirian. Apalagi kalau sedang dalam perjalanan ke luar negeri. Teman perjalanan saya sampai tobat-tobat menghadapi kelakuan saya yang banci kamera. Padahal kalau dipikir-pikir orangtua saya tidak begitu-begitu amat untuk urusan foto. Bukan masalah saat jaman mereka dan saya belum ada yang namanya kamera handphone dan monopod alias tongsis. Yang ada alat yang namanya tripod dan itu jelas tidak masuk dalam anggaran belanja orangtua saya. Tapi toh ada banyak foto-foto saya mulai dari bayi sampai menjelang remaja. Tentu saja konsep foto mereka beda dengan saya. Kalau mereka mementingkan segi dokumentasi sementara saya lebih mementingkan segi saya kece atau tidak dalam foto tersebut. Jadi karena ini saya sering kena semprot terutama oleh mama karena sering mencoba foto berulang kali. Maklum, dulu khan untuk foto-foto lebih ribet. Harus ada kamera lalu pake klise film baru dicetak. Kadang kalau mau irit ngintip dulu di klise film, foto mana saja yang mau dicetak. Dan orangtua saya walau malas untuk foto diri, selalu menikmati untuk membuka-buka album foto lama. Mengingat lagi kenangan yang terekam dalam foto-foto tersebut. 

Kalau saya senang foto dimana saja kapan saja selama klise film masih ada atau untuk saat ini, selama memory card belum menjerit karena kepenuhan. Sementara untuk orangtua saya, foto dilakukan saat ada acara penting, seperti ketika keluarga besar tengah berkumpul. Ketemunya belum tentu setahun sekali dan hanya acara foto bersama itulah yang mengingatkan mereka tentang kebersamaan yang semakin jarang terjadi. Dalam foto, bisa dibilang jarang khan ada yang bermuka masam atau menangis (kecuali ada bayi yang tengah gak mood untuk berpose). Dalam foto, ada kegembiraan yang terekam disana walau tentu saja mungkin ada berbagai cerita dibalik senyuman itu.

Anggota keluarga sudah berkumpul, ada kamera handphone dan tongsis bukan berarti urusan foto terus jadi gampang. Pertama, gak gampang nyari angle yang pas untuk foto ramai-ramai sekeluarga. Usaha awal pasti gagal maning. Ditambah lagi tangan udah gemetaran karena terlalu lama memegang tongsis. Sementara orangtua saya sudah tidak sabar karena foto harus diambil berulang kali. Lebih reseh dari studio foto katanya. Tapi keributan mengambil pose itu menjadi hiburan tersendiri untuk kami semua. Apalagi kalau jumlah orang yang difoto lebih dari tiga atau empat orang. Yang satu merasa lagi jelek pas difoto sehingga harus mengulang lagi. Sementara yang lain merasa foto sebelumnya sudah bagus dan tidak sudi untuk foto ulang. Sudah dapat pose yang bagus semuanya tapi pencahayaan tidak oke. Lah, kalau foto gelap apanya yang mau dilihat? Ini dua foto yang paling lumayanlah dari entah berapa kali "take" selfie yang terjadi sehingga membuat orangtua saya sempat mengomel. Dan mengomel lagi pas sudah dapat pose yang okeh karena saya malas mencetak foto tersebut. Buat apa foto capek-capek kalau tidak bisa dilihat setiap saat? Yang pasti saya jawab dengan manis; khan yang penting kebersamaannyaaa...


Mungkin pada akhirnya foto tersebut akan saya cetak dan pajang rapi manis di dinding rumah. Karena momen seperti ini tidak bisa diulang lagi. Momen ketika kami semua dapat berkumpul dan tertawa bersama thank you to handphone dengan kamera dan tongsis. Percaya deh, lebih seru gila-gilaan bersama dengan tongsis daripada cengar cengir sendirian. 

Postingan ini dibuat untuk mengikuti lomba #SelfieStory Emak Gaoel yang hadiahnya menggiurkan banget dari Smartfren

0 komentar:

Posting Komentar

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.