Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 10 November 2014

Hati-hati Naik Bus PPDP157

Buat para pengguna bus biasa harap hati-hati deh. Apalagi kalau udah biasa naik yang namanya busway. Bukan berarti di dalam busway gak ada copet. Tapi kayaknya yeee...mereka gak gampang beraksi di busway. Satu, ada petugas. Selama penumpang sadar ada copet dan segera memberitahu petugas, paling enggak dompetnya pasti ketemu. Dengan catatan kalau pencopetnya masih didalam bus dan terpaksa membuang dompet tersebut ke lantai. Beberapa hari yang lalu gue baru aja kecopetan dan rasa sakitnya tuh...disiiiniiiiiii!!!!!

Tapi namanya juga orang Indonesia ya. Masih bersyukur ada yang segera memberitahu sehingga gue bisa cepat blokir kartu kredit. Lalu berlanjut ke atm. Tapi tetap aja gondoooookkkk karena artinya gue harus urus ktp dan atm...

Hati- hati aja deh naik bus PPD P 157. Bisa buka link ini kalau mau lihat rutenya.

Gue sampai ngetwit ke TMC_Polda dan keesokan harinya baru kelihatan ada polisi. Padahal pas kejadian gak ada ... Gak tau juga kalau gak ngeliat karena gue udah paniiiik campur marah.

Pastinya gue kapok naik bus biasa. Kalaupun harus naik, gue mesti ekstra hati2! Plus gue gak akan pake dompet lagi seumur idup!!!!

Jumat, 17 Oktober 2014

BPJS Step 1

Kami sekeluarga mendukung buanget waktu mendengar yang namanya BPJS. Tapi ya, namanya aja hidup bukan berarti tanpa masalah kan? Jadi inilah sekelumit cerita tentang ribetnya menggunakan fasilitas BPJS ini....

Bapak saya pensiunan salah satu BUMN dan sebagai pensiunan, beliau mendapat jatah berobat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Jadi biar tuh rumah sakit jauh bener dari rumah, tapi karena sebagian besar biaya tidak perlu kami bayar sendiri ya jelaslah dibela-belain. Suka rada sirik sama beliau karena sebagai pegawai swasta ya cuman bisa usaha sendiri dengan ikutan asuransi. Kalau gak alamat MPP alias mati pelan-pelan. Okeh. Fokus. Aniwei, sudah beberapa tahun terakhir ini kedua orangtua saya harus kontrol ke dokter-dokter spesialis di rumah sakit tersebut. Lalu mendadak para pensiunan ini dapat briefing kalau sekarang pengobatan mereka harus menggunakan BPJS. Dan dimulailah cerita itu.

Saat briefing, disampaikan orangtua saya harus mendapat surat rujukan dari puskesmas terdekat dari rumah.. Karena orangtua saya gak mungkin deh pindah ke lain hati eh maksudnya pindah ke dokter lain. Sejak tahun 2008 mereka sudah punya dokter tetap untuk konsultasi.

Ternyataaaaaaaaa, ketika datang ke Puskesmas terdekat...jreng.... masalah pertama dimulai. Gak bisa sembarangan puskesmas walaupun itu dekat. Karena harus sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Jadi kalau bertempat tinggal di tengah-tengah Jakarta Timur dan Pusat... ya mesti lihat lokasi keluarahannya dimana. Puskesmas yang didatangi harus seusai dengan lokasi kelurahan di KTP and kartu BPJS. Sampai di puskesmas yang bener.... masalah kedua nongol. Tidak bisa diurusin orang lain katanya si ibu di puskesmas. Harus orangtuanya sendiri yang dateng kesana. Jadi datanglah kedua orangtua saya ke puskesmas sana and you know what.... Lain kata bagian admin, lain kata dokternya....

"Haduh, mestinya bapak sama ibunya gak usah dibawa kesini gak apa-apa. Khan kasian mereka udah sepuh begini..."

Errr...gitu ya? Seneng karena dokternya baek. Masalah selesai dong?

Kata siapa?

Dokter gak bisa begitu saja memberikan surat rujukan ke rumah sakit tempat ortu saya biasa berkonsultasi. Kami.... eng ing eng... harus memberikan salinan atau copy dari status terakhir yang tentunya harus diminta dari dokter ortu saya. Nah, bagaimana caranya coba? Bukankah riwayat pasien itu gak bisa sembarangan dikasih pinjem walaupun itu ke keluarga pasien. Minta difotocopy'in? Apa iya nih pihak rumah sakit bersedia?

Pas tanya langsung via 500400 ke BPJS, petugas mengatakan kalau prosedur tersebut wewenang masing-masing puskesmas. Jadi belum tentu juga puskesmas lain akan meminta persyaratan yang sama persis. Judulnya PUYENG.

Sampai saya kelar ngoceh-ngoceh di blog ini, saudara saya baru mau usaha ke rumah sakit MENCOBA meminta salinan riwayat kesehatan orangtua saya. Mudah-mudahan dapet...




Kamis, 16 Oktober 2014

Jalan-jalan


Gue selalu sulit memberikan prioritas untuk mana yang bener-bener pengen gue lakukan. Dan mana yang cuman sekedar muasin napsu sesaat. Dan hal-hal tersebut adalah beli gadget yang walau setelah beli puasnya sesaat tapi nangis darah bayar cicilannya sampai setahun. Terus beli baju walau yang ini sih emang bakal kepake sampai baju itu ancur total. Serta pastinya hang out sama temen, yang memang menguras jatah makan selama sebulan di kantin deket kantor. Nah, dengan pengeluaran yang lebih besar pasak daripada tiang, bagaimana caranya gue mau jalan-jalan?

Selasa, 23 September 2014

Yang Perlu Diperhatikan Saat Naik KRL




Sesekali gue naik kereta juga walau lebih banyak di akhir pekan. Soalnya kalau mau naik pas hari-hari kerja ya sama aja gue menyiksa diri. Hanya beda alat. Dari busway ke kereta. Sengsaranya sama aja. Heheheh

Senin, 22 September 2014

Lunch at Jun Njan


Dapat informasi dari temen ada voucher senilai IDR 100.000,- di Groupon yang bisa dibeli dengan harga IDR 60.000,- untuk makan di Jun Njan. Hari Minggu kemarin tanpa perlu reservasi, gue bareng ortu makan di restoran Jun Njan yang berlokasi di Grand Indonesia.

Awal makan bokap udah iseng nanya, ada sate kambing gak? Hahahaha... Bener-bener deh.... salah masuk restoran namanya. Dengan diiringi cengiran dari waitress, gue memesan berikut ini:

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.