Blog berisi curhatan si lajang

Jumat, 29 Agustus 2014

Emosi Dan Social Media Bullying


Beberapa bulan lalu, tentunya kita masih ingat ketika ada cewek yang mengomel mengenai tempat duduk yang harus ia serahkan dengan gak rela ke ibu hamil. Beritanya disini.  IMHO, perasaan itu gue rasakan juga karena perjuangan buat dapet tempat duduk itu keras bowww.... Jujur aja gue lupa juga apakah dulu gue seperti cewek ini, ngomel-ngomel di media sosial soal tempat duduk and so on.... Mudah-mudahan sih enggak ya... Seingat gue, dulu media sosial belum seperti sekarang gila-gilaannya. Boleh dibilang cewek yang namanya Dinda ini yang jadi beken di media sosial karena omelannya.adalah yang pertama.

Kamis, 21 Agustus 2014

Tempat Sampah

Kebanyakan orang di Jakarta itu (mungkin gue termasuk) itu aneh... Mengeluh soal kebersihan jalanan ataupun toilet umum. Tapi hanya sampai sekedar mengeluh dan kurang partisipasi untuk menjaga kebersihan. Masih sering terlihat orang membuang sampah sembarangan padahaaaal....tempat sampah ada gak jauhhhh. Alasan klasiknya adalah, kan ada tukang sapu buat ngebersihin.

Jadi boro-boro mau mikir soal membedakan jenis sampah.... karena mau membuang sampah di tempatnya aja udah bagusss....

Dan gak heran juga kalau pemisahan tempat sampah jarang terlihat... Foto-foto ini diambil di lokasi BCA yang terletak dekat Grand Indonesia . Kalau gak tau itu dimana, letaknya dekat Hotel Indonesia Kempinski gak jauh dari Bunderan HI. Masih gak tau juga? Cari di google.

Anyway, yuk belajar untuk membuang sampah pada tempatnya dan syukur-syukur mau bersusah payah sedikit untuk memisahkan sampahnya. Bisa dibaca disini sedikit penjelasan mengenai pengertian sampah.



Selasa, 19 Agustus 2014

Untung Buat Gue Musibah Buat Yang Lain


Walah, judulnya serem amat. Tapi begitulah yang terjadi kemarin tanggal 18 Agustus 2014. Berhubung gue gak memantau berita jadilah gak tau sama sekali kalau bakal ada pawai budaya. Kalau aja gue baca berita ini dari pagi, mungkin gue bisa antisipasi rute mana untuk pulang.

Jadi seperti biasa, kemarin gue masuk ke halte busway dan kaget melihat antrian jalur yang biasa ...panjangnya luar biasa. Nah, kalau sudah begini mulai deh berpikir untuk mengambil jalur lain yang penting gue gak mau lama-lama di dalam halte busway yang puanas.

Okay, sekarang sudah berada di busway dengan rute yang berbeda yang sebenarnya jadi agak jauh sih. Tapi daripada gue harus perang fisik untuk sekedar berdiri...makasih deh. Lagi gak punya energi. Ternyata setelah duduk didalam busway yang super dingin (karena penumpangnya sedikit), eh....butuh hampir setengah jam untuk keluar dari wilayah halte busway tersebut. Letaknya memang passss banget dekat perempatan jalan jadi makin lengkap deh waktu tunggunya. (maksudnya lama banget).

Bebas dari lampu merah, gue kaget...eh...kok busway ini bergerak kejalur yang justru biasa gue gunakan...? Seorang penumpang yang gue tanya memberi tahu kalau ada penutupan jalan. Dan otak gue yang lemot masih belum kepikir kalau jalan ditutup karena ada PAWAI.. Gue malah mikir, oh bagus nih. Gue bisa turun di halte yang biasa untuk sekedar pindah ke angkot lain. Tapi oh tapi....halte busway yang gue pikir bisa membantu untuk meloloskan diri dari super macet ini.....DITUTUP. Gubraks...

Senin, 18 Agustus 2014

MAD DIMSUM - HALAL

Belum kapok, gue dan temen serta suaminya pergi makan dimsum lagi di MAD - LOTTE SHOPPING AVENUE. Kali ini gue dan temen sudah lebih dahulu memantau mana yang akan kami pesan dan mana yang tidak. Yang mengecewakan saya, makanan non halal sudah tidak disediakan lagi di MAD. Ihiks... But the show must goes on karena voucher sudah dibeli dan dibayar.

Sabtu, 26 Juli 2014

Tampang Dan Prestasi

“Enak ya punya tampang cakep dan body keren,” kurang lebih begitulah kata seorang teman gue beberapa waktu lalu.
“Lho, kok tau-tau ngomong begitu?” soalnya kami berdua yang tampangnya gak kece dan body jelas gak okeh, berpegang pada prinsip muka gak penting karena yang utama adalah keahlian kerja. Walau gak jelas juga keahlian kerja kami berdua itu apa ya? Okay. Lanjut.

Lalu meluncurlah cerita dari mulutnya, mengenai perdebatan antara dia dan rekan bisnis yang berasal dari luar (negaranya gak perlu dikasih tahulah). Teman gue itu sama-sama cewek dan si rekan bisnis adalah seorang bapak. Awalnya mereka mengobrol soal pekerjaan dan berlanjut dengan soal tenaga kerja. Si bapak ini mengatakan kalau ia lebih suka menerima pegawai yang cantik dan bahenol di perusahaannya. Dan kalau si cantik itu melamar berbarengan dengan calon lainnya yang kebetulan kurang okeh secara fisik, maka si cantik itulah yang akan diterima. Teman saya tentu saja protes keras. Ia mengatakan, bagaimana mungkin bapak tersebut main langsung terima yang cantik tanpa peduli keahlian kerja dan latar belakang pendidikannya? Dan jawaban si bapak itu adalah…
“Ah, pekerjaan itu kan bisa dilakukan karena orang terbiasa. Awal-awal kerja semua orang juga pasti belum mengerti mau melakukan apa. Nah, sama saja kan berarti dengan menerima yang jelek ataupun yang cantik? Saya sama-sama tidak tahu kemampuan mereka nanti. Jadi daripada mata saya sakit, lebih baik saya menerima yang cantik saja dong!”
Gubrak….

Untuk beberapa pekerjaan, gue harus mengakui tampang dan penampilan keren memang diperlukan. Model, SPG produk saat pameran, pramuniaga, usher, customer service (mungkin supaya customer bisa melunak sedikit sambil terus memandang si cs yang kece). But IMHO, ada banyaaaak pekerjaan yang sama sekali gak membutuhkan tampang kece. Okeh, tampang sama bodi keren itu bisa jadi bonus. Tapi kayaknya gak penting-penting amat untuk jabatan di pemerintahan ataupun aparat negara. Bahkan buat gue, customer service di bank pun gak penting kece atau enggak. Yang penting orangnya friendly dan bisa membantu memberi solusi masalah kayak misalnya ATM ketelen and so on.

Makanya gue suka heran kalau ada yang sampai heboh liat polisi cakep, politisi cakep, tentara cakep, polisi bisa nyanyi, halaaaah…. Itu kelebihan mereka, tapi sebenarnya passion mereka dalam hidup itu apa? Jadi abdi negara yang dengan segala resiko dan mungkin penghasilan yang cukup-cukup aja? Passionnya di bidang seni? Atau di bidang kulinari? Atau malah modeling? Jadi abdi negara prestasinya ke masyarakat ada gak selain bikin adem mata pas ngeliatin mereka? Kenapa tampang jadi super penting banget untuk semua pekerjaan termasuk aparat negara?

Kalau prestasi gak penting tapi yang dilihat hanya tampang, perkiraan gue akan semakin banyak orang yang memilih jadi dokter bedah plastic di kemudian hari. Mungkin kelak Indonesia bisa menyusul negara tetangganya Thailand dan juga Korea. Kedua negara ini sudah menjadi tujuan pariwisata yang bukan sekedar hanya jalan-jalan tapi juga untuk mempercantik diri. Termasuk oplas. Gak bisa gue bayangin suatu saat ada wartawan nanya ke remaja-remaja yang tengah antri mau oplas dan jawaban mereka ketika ditanya alasannya adalah,” Karena untuk diterima bekerja saat ini yang dilihat bukan prestasi tapi wajah…”

Miris kan?Atau mungkin karena gue sirik aja berhubung gak kece? Heheheheheh….

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.