Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 14 November 2016

#UsiaCantik Is To Be Yourselves and Create Your Own Trend

Saya di awal tahun 2008
“Kamu kelihatan lebih cantik sekarang,” begitu komentar salah satu teman sekolah menengah di foto-foto narsis saya di media sosial.

Saya sebenarnya mau bertanya sih, ini maksudnya saya memang sudah cakep dari dulu (hueks) atau jauh lebih mendingan dari saya yang dulu culun? 

Culun? Yaaaa, boleh ditanya deh sama teman-teman dekat penampilan saya dulu seperti apa. Saya dikenal (atau jangan-jangan tidak ada yang kenal juga, saya saja yang terlalu ge-er ya) sebagai orang yang yaaah, gitu deh… Saya tidak tertarik dengan yang namanya make up ataupun baju-baju girly. Baju-baju saya selain seragam sekolah tentunya adalah celana jeans, kemeja, kaos dan sepatu sneakers. Saya melihat make up lebih banyak bikin repot karena sering teringat saat harus mengenakan make up ketika pentas tari. Hasilnya? Seperti bukan saya dan saya tetap meneruskan kegiatan cuek itu hingga saya kuliah. Sementara teman-teman saya mulai rajin ke salon untuk perawatan muka, saya masih dengan malas-malasan menggunakan bedak bayi. Bukannya saya tidak pernah mencoba bedak padat atau compact. Tapi entah karena tidak cocok hasilnya muka saya yang cenderung berminyak jadi jerawatan. Dan untuk melenyapkan jerawat tersebut butuh waktu lama membuat saya tambah malas untuk mengenakan make up. Saya bahkan tetap masih enggan mengenakan make up yang sepantasnya hingga masa kerja.


Saat menjelang remaja, badan saya berkembang pesat. Bukan berkembang pesat ke atas dan bertambah tinggi tapi ke samping. Saya mulai merasakan minder karena tubuh yang berukuran ekstra banget tersebut. Saya berusaha menutupinya dengan semakin banyak makan dan menenggelamkan diri dengan kegiatan korespondensi. Saya padahal sadar kalau minder akut itu merusak diri sendiri. Saya menjadi cepat gelisah ketika banyak orang memandangi, sehingga paling takut kalau disuruh bicara di depan umum. Saya menjadi cepat tersinggung jika ada yang mengatakan sesuatu tentang tubuh saya. Dan saya menjadi lebih kesal lagi kalau masalah tubuh ini dikaitkan dengan tidak punya pacar. Semakin kesal, saya berusaha berpenampilan cuek agar tidak sama dengan wanita lain. Padahal justru karena di dalam hati saya minder. Yakin walaupun saya kurus tidak akan pernah punya penampilan cantik. Dan mulai berpikir pasti sepanjang hidup yang tersisa saya akan sendirian. Saya makin terpuruk dan hal tersebut berlanjut terus sampai saya mencapai usia 30 tahun. Well, bertambahnya umur tidak berarti otomatis berpikiran dewasa.

Lalu ketika menginjak usia 36 tahun, mama saya jatuh sakit dan disusul dengan almarhum papa. Saya seperti tersentak dari dunia yang saya dibangun sendiri. Saya seperti dipukul dengan fakta bahwa hey! Hidup itu hanya sekali dan terkadang singkat. Jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak. Ada satu hal yang akhirnya membuat saya menjadikannya sebagai persiapan menjelang umur 40 yaitu menerima


Misa malam Natal terakhir bareng kedua orangtua


Terimalah kenyataan kalau orangtua mulai sering sakit 
Semakin orang bertambah umur, akan terjadi penurunan pertahanan kondisi tubuh. Saya tidak pernah membayangkan mama bahkan almarhum papa terbaring di rumah sakit. Membuat saya berpikir, saya pun bisa menjadi seperti mereka jika tidak menjaga badan. 
Nah, kalau orang dulu mungkin karena pengaruh jaman perang yang susah banget makan tiga kali sehari, pasti hobi menyuruh anaknya makan sebanyak mungkin. Sekarang, sudah tidak jamannya lagi seperti ini. Saya menerima kalau yang banyak dan enak itu belum tentu baik bagi kesehatan. Porsi cukup dan sehat walau rasanya dipaksa enak, akan bagus untuk diri sendiri dalam jangka panjang.


Terima akibat dari berhenti kerja
Ketika orangtua mulai keluar masuk rumah sakit saya mengambil keputusan drastis karena sok yakin. Saya bisa mencari uang dari menulis dan pastinya akan punya banyak waktu menjaga orangtua. Saat itu saya sering pulang larut malam karena memang sering lembur. 
Ternyata? Boro-boro mendapat penghasilan, yang ada saya ditegur orangtua karena berhenti dari pekerjaan dengan gaji besar hanya untuk mengejar mimpi. Ketika menganggur, banyak orang menyindir saya berani berhenti kerja karena sudah kebanyakan uang. Akhirnya berkat bantuan seorang teman, saya bekerja lagi dengan rutinitas yang berbeda. 
Saya terima konsekuensi dari perubahan tersebut. Ada hal yang saya dapatkan dan ada hal yang saya kehilangan. Saya lebih banyak punya waktu untuk orangtua dan menulis. Walau dari segi keuangan tentunya jauh dibandingkan dulu. 
Dulu saya setiap kali stress langsung lari ke makanan, karena memang dana untuk itu ada. Sekarang? Ah kalau jajan terus jadi boros dan berat badan saya naik lagi. Nanti rentan dengan segala penyakit… Yang lainnya, biasanya begitu turun dari bus atau angkot lain, saya langsung menyambung dengan ojek. Sekarang, lebih baik saya jalan kaki dan menikmati saja hal-hal yang dilewati. 
Jadi semua pasti ada hikmahnya, tinggal bagaimana kita memandangnya lalu menerima.


Melajang bareng mama

Terimalah diri melajang
Saat orangtua sakit saya merasa, well…saya memang tidak ditakdirkan untuk menikah. Saya terlahir untuk menjaga mereka berdua, orangtua saya. Dengan segala kelemahan saya yang emosian dan cepat putus asa dan sebagainya, saya berusaha tetap ada mendampingi mereka.
Banyak sih orang asal jebret sok menasihati, harus menikah lah. Siapa yang akan mengurus kamu kalau sudah tua nanti? Loh, saya harus pusing siapa yang mengurusi saya sementara orangtua tidak perlu dipusingin siapa yang menjaga?
Menerima masing-masing orang punya jalan hidup dan tujuan sendiri. 


We loves to rock the town together



Menerima Kalau Tubuh Butuh Perawatan Luar Dalam
Ya, umur tambah terus itu sudah pasti dan kita semua tahu itu. Dengan menerimanya lebih cepat, saya bisa menggunakan energi untuk fokus ke hal lain. Yaitu merawat tubuh terkait dengan penampilan. Saya harus mulai rajin konsumsi buah-buahan (yaela, dulu kemana saja?), makan makanan berserat, minum air putih yang secukupnya dan terakhir yang dulu saya paling malas adalah menggunakan perawatan luar. Contohnya antara lain saya mulai menggunakan  minyak zaitun di sekitar muka karena sebagian kering sementara di kening saya justru luar biasa berminyak, cream malam sebelum tidur (yang biasanya bablas karena ketiduran), lotion yang lebih baik digunakan setelah mandi, hair tonic untuk rambut and so on. Mengingatkan diri untuk menggunakan itu semua juga saya gunakan sebagai sarana untuk melatih otak agar jangan cepat pikun.


Menerima Fashion Tidak Untuk Semua Umur
Waktu saya menonton film kesukaan saya, sang tokohnya berusaha keras diet dan olahraga demi mengenakan skinny jeans. Tidak berhasil, sampai dia mengatakan kalau celana sempit seperti itu tidak diciptakan untuk semua umur, terlebih lagi untuk usia 40. 
Pernah suatu hari saat ke mall, perhatian saya tertuju pada seorang nenek yang terlihat keren banget di mata saya. Ia berambut pendek nyaris cepak, terlihat santai membaca buku di meja makan di food court. Ia mengenakan celana loose cut drawstring warna beige dengan baju atasan yang senada. Sepatunya adalah flat shoes dengan warna yang lumayan jreng. Ia tidak mengenakan make up berlebihan. But she looks so awesome! Saya menyadari bahwa memang fashion tidak untuk semua orang. Kita harus membuat trend sendiri dan tidak memaksa diri mengikuti yang ada. 
Jadi sebenarnya niat saya dulu sih sudah benar ya untuk tidak sama dengan orang lain. Tapi landasan berpikirnya yang salah.




Terimalah kalau saya baru kece sekarang
Hahahaha, dan sepatu melayang. Maksudnya, dengan belajar (saya belum sukses banget loh) untuk menerima ada buanyak hal yang belum kesampaian di usia 43 ini, saya merasa lebih tenang. Lebih santai. Dan lebih bisa fokus ke hal-hal yang lebih penting seperti merawat tubuh dan menjaga kesehatan. Ya iyalah sekarang sudah mulai banyak kerutan. Ya betul sekali sekarang naik tangga dua lantai saja rasanya seperti mau ngamuk. Ya mau bagaimana lagi jalan kaki memang perlu banget walau rasanya menyiksa. Ya harus mau makan super irit karena memang dananya terbatas plus juga demi menjaga kesehatan. Dan karena sekarang saya lebih santai, jelas saya merasa inner beauty lebih keluar (dan kembali ada sepatu melayang nih).


Ada banyak hal yang tidak bisa dihindari, ada lebih banyak lagi yang tidak bisa diraih. Menerimanya sebagai fakta kehidupan bukan berarti pasrah lalu tidak melanjutkan hidup. Selama kita masih diberikan hari-hari untuk dinikmati kita bisa belajar untuk menerima dan mencari cara bagaimana mencapai yang kita butuhkan demi melanjutkan hidup. Saya teringat pesan seorang teman yang sesama forties bahwa potensi manusia sebetulnya tidak terbatas. Jadi bersyukurlah atas semua yang terjadi sepanjang kehidupan kita baik yang baik dan buruk. Hey, seburuk apapun kita semua masih diijinkan ada di sini dan artinya masih diberi kesempatan untuk berkembang mengoptimalkan kemampuan kita. Buat sesama 40-ish di luar sana yang termasuk telat untuk dewasa seperti saya (ish, ngajak-ngajak) jangan khawatir, kita masih akan terus berkembang ke arah yang lebih baik lagi. So be yourselves (eh? bukan be yourself? Karena saya menujukan ajakan ini buat kalian semua yang sudah berkenan membaca postingan ini) dan mari buat trand kita sendiri.

Selamat datang usia cantik :) 



Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift



69 komentar:

  1. It is wonderful to keep growing and keep enjoying our-mature-selves, just keep growing, just keep growing :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, this posting also for all those late-bloomers out there :) Thanks G ^_^

      Hapus
  2. Belajar menerima meski kelihatannya mudah tetapi sebenarnya cukup sulit untuk dilaksanakan.. hehe tetep positif as always ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener, saya masih tetap berusaha belajar untuk lebih baik lagi setiap hari. Saya menerima juga kalau saya tidak sempurna :)))

      Hapus
  3. Semangat mba Ria, enjoy your passion..#bener ga sih
    Perhatian mba Ria sama orang tua sebetulnya sudah merupakan inspirasi bagi orang orang diluar sana yg terlalu sibuk dengan diri sendiri.
    Mba Ria peluk...

    BalasHapus
  4. Mbak Ria ... You're awesome! Selamat menikmati #usiacantik mbak Ria.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you ya :) I am getting to there... to be awesome ^_^ hahahhaa

      Hapus
  5. Menerima. Yak, menerima itu pada dasarnya adalah mensyukuri apa yang ada ya Mba? Kan sering tuh kita lihat di timeline, orang-orang bilang bahagia itu sederhana, cukup bersyukur aja, niscaya jadi tenang, jadi bahagia. Kalo orang bahagia, biasanya jadi cantik dengan sendirinya. :)

    Tapi seperti kata Mba Rani, memang sulit yaa, meskipun sepertinya gampang banget diucapkan. Butuh waktu untuk benar-benar bisa melakukannya dengan ikhlas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pastilah, apalagi kl kita merasa dpt perlakuan gak adil. Mungkin yg perlu kita pelajari adl dgn segera menerima & move on, energy kita bs pindah ke mencari cara agar jgn smp kejadian lagi. Atau mencari solusi dr perlakuan gak adil itu. Kl kita manyun gak move on, udah buang waktu bikin capek pulak... padahal blm tentu besok kita masih ada

      Hapus
  6. Thank you for sharing mba... memang kadang kita tidak merasa telah membentengi diri hingga suatu kejadian menyadarkan kita... tidak ada kata terlambat untuk itu... selamat menjalani usia cantik dengan bahagia, karena tidak semua orang bisa merasakannya...salam hormat buat mama ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahagia atau tidak bahagia konon kita sendiri yang bikin... Ya, gak mungkin bahagia terus :))) godaan pasti banyak, ada aja maunya, tapi mesti inget2 lagi apa yg bikin hepi... makasih ya, nanti salamnya saya sampaikan

      Hapus
  7. Menerima diri kita apa adanya, kadang masih susah buatku. Aku kadang masih punya rasa keinginan untuk meniru orang lain yang memiliki banyak kelebihan daripada aku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu wajar mbak, berarti kita masih ingin maju. meniru kelebihan orang lain menurut saya malah bagus, tapi tetap dengan ciri khas kita sendiri... (ngomong gampang Ria, abis itu plooook)

      Hapus
  8. Aku suka aku suka, bacanya haru biru, ringan santai tapi dalam maknanya. Satu kata yang gie tangkep "menerima" karena itulah yang menurut gie paling sulit.

    Tenang aja nggak ada sepatu melayang kok cuma keprok keprok tangan dan Yes gie pun lebih suka mbak sekarang dari pada beberapa waktu lalu. Keep fighting 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh, memang apa yg terjadi dgn bbrp waktu lalu? *krik, krik,krik, krik...* yah, kita janjian gak jadi2 ya ... :)))))

      Hapus
  9. Thanks sharingnya Mbk, masih bisa merawat Ortu adalah anugerah. aku sendiri merasa menyesal belum bisa banyak berbakti. Ketika Ortu telah tiada rasanya kehilangan pegangan. Keren kisahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 mbak, saya juga suka baca kegiatan mbak terutama utk fokus blogging karena memang sulit membagi waktu. Tp ada kemauan pasti bisa ya...

      Hapus
  10. Menerima, hal mudah tapi gak semua orang bisa. Saya bahkan belajar banyak tentang penerimaan.. Ah.. Mbak Ria.. mengharukan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. menerima itu gak mudah, kecuali menerima kado dari orang2 terdekat :) hahahahha atau menerima hadiah dr kompetisi blogging... *apa sih*
      saya jg masih suka kok baper, gak terima kok begini dan begitu...tp ya tetap belajar utk let it go lah....

      Hapus
  11. Menerima tu bisa dibilang iklas juga ya mbak? Jadi kita kudu iklas. Misalnya kita mengalami kegagalan dalam hidup, lalu kita iklas dan siap untuk bangkit lagi.

    Karena seperti kata mbak ria dengan menerima kita jadi lebih tenang, lebih santai, lebih fokus. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, kl kata si Elsa... Let it goooo.... hahahah... Belajar ikhlas itu memang akan jadi proses yang tidak berhenti. Ada kalanya kita bs ada kalanya enggak. Buat saya sekarang, ya wajar aja namanya juga kita tidak sempurna (kita?)

      Hapus
  12. Menerima dan mensyukurinya adalah jalan terbaik...
    Apakah yg operasi plastik dll itu artinya tidak menerima kondisinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kl menurut saya lihat kasusnya juga mbak. Ada yg oplas krn misalnya luka bakar atau kyk saya ada varises, itu bs oplas. Gak ada duit aja makanya nerima :))) Terus kalangan seleb yg dituntut hrs selalu kelihatan cantik, gak bisa disalahin jg mrk oplas. Utk yg lain, saya gak tau alasan apa dibalik mrk ingin oplas... tp kok kita jd ngomongin oplas ya?

      Hapus
  13. waah demi ngurus orang tua rela Resign..
    Iya mungkin orang akan menjudge seenaknya ya, tapi yang namanya udah pilihan ya memang harus di yakini.
    Dan harus di terima.
    Semoga ke depannya lebih baik lagi yaaaa... selamat menikmati #usiacantik kak riaa ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya sih alasan utama krn saya sok, mbak. PEDE abis bs dpt penghasilan dr menulis. Plus, memang saya stress srg plg malam sementara ortu mulai sering sakit. Terima kasih ya udah berkenan berkunjung dan membaca :)

      Hapus
  14. Setuju Mbak, menerima diri apa adanya. Inget waktu jaman sekolah, eh dia cantik ya, eh dia tinggi ya, habis itu langsung ngelamun...tapi sekarang enggak lah, sudah menyadari apa yang ada, yaa dirawat semaksimal mungkin. Sukses ya, Mbak lombanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saama dong, saya jg suka melamun ngarep diri kyk org lain :) yah, kita mudah2an udah bener2 bisa lewat dari fase tersebut deh

      Hapus
  15. Menerima diri apa adanya dan bersyukur dengan yang sudah ada saat ini memang bikin happy. Dlm psikologi jg self acceptance mjd salah satu aspek yg bikin kita sejahtera secara psikologis. Keep semangat n positif mba ria, n good luck lombanya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you... saya masih terus dlm proses belajar kok... mudah2an kita semua makin bs ya mengoptimalkan potensi masing2

      Hapus
  16. Setuju kak, menerima diri apa adanya.

    BalasHapus
  17. MEnerima diri apa adanya sih sebenarnya bukan saat usia cantik aja, usia muda kaya aku juga harus hihihi..
    Intinya sih di dalam penerimaan ada kebahagiaan hehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya memang gitu Ajen, tp utk para late bloomer kyk aku ya mesti nyadarin diri utk belajar menerima krn seperti yg kamu blg, dlm penerimaan ada kebahagiaan

      Hapus
  18. Saya jadi penasaran setelah membaca tulisan Mba Ria, kira2 apa yang akan saya lakukan dan rasakan ketika saya berusia 40 ya. Hehe, terkadang saya kepo, akankah saya kemudian menjadi perempuan keblinger karena problematika atau justru semakin enjoy dan nrimo kaya mba Ria ya. Ah, daripada saya tebak-tebakan mendingan menikmati saat ini ya Mba, mengoptimalkan hari ini dengan ragam kegiatan bermanfaat.

    Satu yang pasti, semoga mba Ria sehat selalu agar bisa terusss menjaga Maminya di setiap saat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih dek utk doanya. Saya rasa utk kamu, nikmati saja dan optimalkan terus kemampuan kamu karena spt yg dibilang sm temen saya, manusia punya potensi tak terbatas. Dan kamu masih muda loh, masih banyak kesempatan utk berkembang. Don't think too much just do your best :)

      Hapus
  19. Wah usia kita samaaa, 43 tahun. Aku bulan Agustus, mb Ria bulan apa? *eh kok malah nanya2 ini hahaha. Aku juga sehari-hari sukanya pake jeans dan kaos, jadi bingung kalo ada undangan pesta pernikahan. Akhirnya bulan lalu beli rok satu :D
    Makin cantik dan sukses di Usia Cantik ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bentar lagi 44 di bulan Desember... hahahha, samaaaa... aku jg kl ada undangan riweh rasanya... soalnya smp skrg tetap gak biasa sm make up sih ^_^ Sama2 makin sukses jg yah :)

      Hapus
  20. Untuk bahagia ternyata simple ya...banyak bersyukur, menjalani dan menikmati semua yang ada di kehidupan kita.
    Mbak Ria memang sewajarnya bersyukur, karena bisa merawat kedua orangtua sepuasnya. Jarang orang memiliki kesempatan seperti itu, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, manusia memang kadang suka membuat rumit hidupnya sendiri :)

      Hapus
  21. Aku sampe sekarang masih belajar untuk nyaman dengan diri sendiri. Banyak carut marut masa kecil yang susah buat diberesin.
    Membaca pergumulan hidup sesama perempuan memberi kekuatan tersendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga bisa segera move on ya, saya juga masih ada yang mengganjal di hati dan susah dilupakan. Tapi tetap berusaha untuk melakukannya tiap hari karena hidup jalan terus

      Hapus
  22. Mba Ria tulisannya menginspirasi sekali.

    Semua hal tentang menerima, penerimaan, dan lain-lain...yang sering kita lupakan.

    Saya baru menginjak usia 30 tahun saja, rasanya sudah ripuh.
    Ripuh pikiran kemana-mana...apalagi kalau lihat cermin.

    Ke mana penerimaan dalam diri saya sendiri..?
    Bagaikan menjadi manusia yang tidak (pernah) bahagia.

    Haturnuhun diingatkan, mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak apa mbak, namanya kita kan manusia yang tidak sempurna. Apalagi baru 30 itu biasanya lagi menggelegak (air panas kaleee) emosinya, dan meledak2 semangatnya dan cepat kesal kl tidak tahu harus bagaimana mengatasi masalah.

      Hapus
  23. Aku suka dengan kata ini "Menerima masing-masing orang punya jalan hidup dan tujuan sendiri" semoga kita di beri kekuatan untuk terus menjaga orang tua kita

    BalasHapus
  24. MBak Ria, terharu banget baca ini. Akupun skrg dalam posisi menjaga Mama semenjak Papa meninggal. Aku sempat dibully krn tubuhku, dijatuhkan mental krn sempat berposisi bagus di kantor, sempat menyalahkan diri sendiri. Tapi, yah akhirnya aku bisa menerima semuanya :') Tetap berdoa Mbak, semoga Ibu dan Mbak Ria sehat selalu dalam lindungan Tuhan ya :')

    BalasHapus
  25. Omigod mbaaak keren banget lah inii... Semoga sehat sehat dan makin cantik membahana di #UsiaCantik ya mbaaa


    bukanbocahbiasa(dot)com

    BalasHapus
  26. Salut sama rasa percaya diri Mbak yang luar biasa dalam merespons berbagai komentar miring. Toh yang menjalani hidup kita kan ya kita sendiri tho..

    BalasHapus
  27. once you love yourself, the whole world will love you mbaaa...Semangat selalu and love your story of #Usia Cantik :)

    BalasHapus
  28. Etapi suer mb ri, pas ketemu dikau aku langsung mbatin, duh mampus aku yang kucel gini ketemu mb ri yg anggun hahai
    Jadi kurasa kata temen2 mb bukan sekedar gombal gambil #ihiiiwww

    BalasHapus
  29. bahahhahaa... kamu kece kok mbaaaak... sumprit!

    BalasHapus
  30. Luar biasa mba riaa...semangat dan sehat trs ya mba..krn suatu kebahagiaan sendiri ya kalo bs membahagiakan org lain.hehe

    BalasHapus
  31. Betapa beruntungnya mami mba Ria punya anak yang bisa merawatnya langsung. Semoga kalian berdua diberi kesehatan yaa :)

    BalasHapus
  32. Hai mba Ria, menurutku segala kebaikan atau keputusan mba untuk keluar dari kerjaan dan mengurus orang tua dibalas pahala oleh Tuhan. Tetap semangat ya. :)

    BalasHapus
  33. Saya juga suka pake minyak zaitun sebelum tidur. Bikin aluss..

    BalasHapus
  34. Aku salut lho Mak dengan kebesaran hatimu :)

    BalasHapus
  35. Mba Riaaa kece ko, karena setiap perempuan itu kodratnya adalah cantik ga mungkin ganteng kan ..hihii

    Perjuangan yang luar biasa, terutama pengabdian sama orang tua, huiks bikin meleleh.

    Semoga di #UsiaCantik ini selalu siberikan kebesaran hati untuk selalu ikhlas menerima ya Mbaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahha, kl saya dibilang ganteng berarti ada yg salah dlm berpenampilan dan perawatan tubuh :)))))

      Hapus
  36. Mba Ria, you rock!
    Nggak bisa bayangin apa aku bisa kayak Mba Ria, ngambul keputusan2 drastis dalam hidup.
    Baca tentang orangtua aku jadi mewek. Jauh banget lintas pulau sama mereka T_T. Mudah2an mereka selalu diberi kesehatan, dan saya bisa secepatnya pindah biar bisa lebih dekat dengan mereka.

    Sekarang bawaannya suka was-was, takut terjadi apa2 dengan mereka sementara aku jauh banget, nggak yang hitungan jam udah bisa sampai rumah, huhu..

    Salam takzim buat Mamanya ya Mba, semoga sehat selalu^^

    BalasHapus
  37. Hello Mbak Ria, luar biasa ya pengabdiannya pada ortu, aku salut padamu mbak. Btw tapi aku lbh suka rambut mbak Ria yg cepak hihihi, selera aja sih ya :D

    BalasHapus
  38. Nendang banget pas di bagian ini:

    "Saya teringat pesan seorang teman yang sesama forties bahwa potensi manusia sebetulnya tidak terbatas"

    Setuju banget.

    Aku pernah baca quote seorang wanita usia 97 tahun. She is a yoga teacher, Tao Porchon Lynch. "I don't believe in AGE, I believe in ENERGY. Don't let age dictate what you can or can not do!"

    Makjang! Ngeresap banget, yak.

    BalasHapus
  39. Ada seorang perempuan yg tante saya kenal, beliau berjodoh dg lelaki yg udah kenal baik, di usia 50an menjelang pensiun. Saat ini mungkin Tuhan minta untuk menjaga Mama dulu ya, mba. Seringkali banyak emang orang sotoy menghakimi dg dalih perhatian. Ahhh... kalo perhatian ngasih duit juga dong 😀 sukses ya, Kak. Sehat2 juga untuk Mama

    BalasHapus
  40. Just be yourself, dan selamat datang Usia Cantik ^^
    Fase kehidupan tiap orang berbeda, orang nggak mengalami ug kita alami. Begitu pun sebaliknya yaaa mba, jadi ... Ya dibuat enjoy aja. Sukaaa deh ;)

    BalasHapus
  41. betul mba Ria, belajar menerima berarti kita sudah bersyukur atas apa yg sdh kita dapat

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.