Blog berisi curhatan si lajang

Rabu, 17 Februari 2016

Pekerjaan Admin Media Sosial


Beberapa waktu lalu saya memesan taksi Blue Bird lewat aplikasi di handphone. Tempat yang saya tuju sebenarnya tidak terlalu jauh. Tapi karena membawa orangtua dan kami tinggal di dalam gang, maka memanggil taksi adalah pilihan yang terbaik. Setidaknya, setelah berjalan keluar dari gang kami tidak perlu naik angkot dulu untuk mencapai jalan raya. Namun sesampainya di tempat tujuan, ternyata memesan taksi melalui aplikasi dianggap sama saja dengan memesan via telepon. Saya harus membayar Rp. 40.000,- kepada supir taksi. Sempat nyolot juga ditambah lagi supir tidak punya kembalian. Awalnya saya mau langsung menanyakan ke admin media sosial. Tapi akhirnya saya mencoba bertanya lewat email kepada customer service, ternyata supir sudah benar. Pesanan via aplikasi dan telephone dikenakan biaya minimum sebesar Rp. 40.000,- jika di argo ternyata hanya Rp. 25.000,- misalnya.

Karena menyadari ketololan diri sendiri, saya akhirnya ogah untuk melanjutkan perdebatan dengan customer service. Ya, lagipula saya sudah misuh-misuh terlebih dahulu dengan pengemudinya. Saya cuman menyesal saja, percuma sudah menggunakan kacamata tapi hal-hal seperti ini lolos dari pengamatan. 



Kemudian saya membaca berita mengenai seorang cewek yang mengeluhkan masalah biaya parkir dan mendapat tanggapan kurang mengenakkan. Walau berita berikutnya pihak manajemen mall tersebut menyatakan bahwa akun media sosial mereka telah di hack oleh pihak lain, membuat saya jadi berpikir. Seandainya saya memutuskan langsung mengomel via media sosial dan katakanlah si admin tidak mempunyai kesabaran. Lalu ia bisa saja juga langsung memberi kuliah pada saya untuk lebih teliti di kemudian hari. Masih syukur dia tidak melanjutkan dengan kata-kata,”Kalau bokek jangan naik taksi bu!”  - tapi ini tidak terjadi ya teman-teman. 

Memang jadi admin akun media sosial pada jaman sekarang ini bukan pekerjaan yang sepele. Buat saya, admin akun medsos untuk komunitas dan juga perusahaan harus punya satu hal yang penting selain rajin tentunya. Yaitu KESABARAN. 

Ketika admin media sosial suatu komunitas dan perusahaan atau lembaga lainnya, ia bertindak atas nama perusahaan. Ia juga mewakili perusahaan tersebut dalam menghadapi pertanyaan dan komentar dari berbagai pihak. Kurang lebih mungkin sama dengan customer service. Bedanya customer service akan langsung tobat-tobat mendengar langsung ocehan pelanggan yang marah. Sementara admin media sosial mungkin akan menjedukkan kepala ke meja ketika membaca komentar pedas atau keluhan.

Ya, saya juga pernah menjadi admin media sosial komunitas menulis. Kadang-kadang bagaimana ya menjelaskan rasa kesal ketika menerima pertanyaan yang sebenarnyaaa…jika pembaca atau peserta acara itu mau membaca, maka semua jawaban sudah ada. Salah satunya yang ribet adalah ketika peserta suatu acara blogging meminta diajarkan bagaimana cara upload foto ke postingan mereka. Sebenarnya kalau sama-sama pengguna blogspot, walau kesal kenapa mereka gak google ajaaaa siiiih, saya masih mau mengajarkan. Tapi kalau menggunakan platform lain ya maaf saja deh. Menjawab pertanyaan yang diluar kemampuan, biasanya saya akan meminta tolong kepada rekan lain. Atau langsung meminta maaf dan mengatakan tidak bisa membantu. Pernah juga ketika saya tengah bergantian dengan teman bertugas di akun komunitas itu, eh terlintas twit yang marah-marah karena pertanyaannya tidak dijawab. Usut punya usut, ternyata dia salah menulis nama akun komunitas. Tapi kami sudah kena semprot duluan kan? 

Nah, apakah ada teman-teman yang punya pengalaman baik, tidak baik, lucu, ngeselin, menyedihkan atau apa saja ketika menjadi admin medsos? Berbagi sama saya ya ^_^  

7 komentar:

  1. Kalo aku dua-duanya belum pernah si, mbak, belum pernah jadi admin medsos sekaligus belum pernah misuh-misuh he he he.

    BalasHapus
  2. Aku belum pernah ngadmin sih, mbak, tapi pernah dijutekin sama admin olshop instagram hehe, kayaknya admin juga harus belajar tentang marketing ya baik yaa, gimana cara hadapi customer biar gak salah jawab, at least gak ngasih jawaban yg bikin sebel hehe

    BalasHapus
  3. Jangankan jadi admin, pj acara insidental pun perlu stok kesabaran, mbak. Hehehe bergaul dengan banyak orang dengan berbagai karakter emang rasanya nano-nano. Rameeee. Tapi ada bagusnya juga. Pengalaman dari interaksi sosial itu kalo dikonversikan dengan uang ga ada nominalnya.

    BalasHapus
  4. Saya pernah jadi admin medsos organisasi. Ya sama kaya Mbak, kesel kalo ada yang nanya tentang hal-hal yang sebenernya udah jelas -_- Misalkan ada event, trus saya udah upload pamflet eventnya ke medsos yang lengkap dengan keterangan tanggal pelaksanaan event, lokasi event, dan CP. Masih aja ada yang nanya,"Ini kapan, ya?" atau "Eventnya di mana nih?" atau "Kalo mau ikutan mesti hubungi siapa, ya?"
    Lah, kan bikin kzl :'( *maap curhat wkwk*

    BalasHapus
  5. Pernah jadi admin media sosial dan emangg yah kerjaanya beratt Mbak Riaaaa..
    Belum lagi ada follower yang resee huft

    BalasHapus
  6. Jadi admin medsos itu nggak gampang loh... harus siap mental memang. Dan saya liat memang admin medsos perusahaan masih banyak yang kurang kreatif. Cara promosinya gitu-gitu aja. Contoh admin yang bisa mengundang banyak respon followers yang saya liat itu @my_supersoccer, @panditfootball. Yang lainnya masih berkutat di pola standar dan menurut saya basi.

    Btw, kalimat di paragraf ketiga keren. Saya setuju.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, bener juga sih... Mungkin karena banyak dari perusahaan itu yang belum mudeng sama medsos tapi jg gak mau ketinggalan utk paling tdk memiliki salah satu. Jangankan masalah kreatif. Rajin posting juga enggak. Ada yg punya akun medsos tapi juaraaaang bgt dipake...
      Thanks udah mampir ya ^_^

      Hapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.