Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 03 Juni 2013

My Say on Macaroon Love by Winda Krisnadefa

Pesen Buku Sama Penulis Dan Dapat Bookmark Kece

Macaroon Love adalah salah satu novel dari naskah unggulan Lomba Penulisan Romance Qanita.

Tokoh utama Macaroon Love adalah seorang cewek nyentrik, sinis tapi ogah disamakan dengan seniman yang bernama Magali. Ya, tahu sendiri dong di Indonesia itu kalau ada nama yang aneh bisa jadi bulan-bulanan anak-anak bahkan hingga memasuki usia dewasa. Magali benci sekali dengan namanya dan ia heran mengapa Jodhi memberikannya nama itu. Jodhi? Siapa itu Jodhi? Yap, begitulah Magali memanggil papanya langsung dengan sebutan namanya. Gak sopan? Sekedar catatan, memang ada lho yang memanggil orangtua dengan namanya langsung di Indonesia walau tidak banyak dan tentunya tidak lazim.

Jodhi bekerja di kapal pesiar sehingga ia jarang berada di rumah. Ibu Magali telah lama meninggal. Magali bekerja sebagai wartawan freelance yang meliput restoran dan makanannya. Adalah ibu Jodhi yang dipanggil Nene yang mengurus tidak hanya Magali tapi juga Beau; sepupu blasteran yang telah yatim piatu.
Membaca buku ini pasti bakal cekikikan terus di awalnya. Dialog yang penuh chemistry antara Magali dan Beau itu benar-benar hidup dan menghibur. Belum lagi keluh kesah Magali tentang pekerjaannya. Magali sangat passionate terhadap makanan tapi tidak dengan cara yang menurutnya seragam atau mainstream. Jadi dia sebenarnya sangat menderita kalau harus membuat review yang menurutnya tidak jujur terhadap restaurant baru. Magali gelisah dengan status dirinya sebagai wartawan freelance. Magali gelisah juga dengan kehidupannya.
Lalu dia bertemu dengan Ammar secara tidak sengaja yang berlanjut dengan penemuan fantastisnya. Ammar ternyata pemilik restaurant yang bernama Suguhan Magali. Ammar yang mempunyai selera menikmati makanan yang sama unik dengan dirinya. Ammar yang mirip dengan Adriano Zumbo; King of Macaroon dari Australia. Magali yang benci anak-anak, tidak ingin jatuh cinta karena dirasa terlalu rumit, harus mengakui dirinya tertarik pada Ammar.

Baca cerita Magali, kita ikut merasakan betapa bencinya dia dengan namanya yang membuatnya selalu dijadikan bulan-bulanan. Yup, mempunyai nama yang tidak (dalam tanda kutip) seragam bukan membuat orang akan terkagum dan bertanya apa sih arti nama itu dan kenapa orangtuamu memberikan nama itu padamu? Tidak. Been there, knew the feeling. Kalau tidak melakukan atau mempunyai hal yang sama dengan orang lain, cap aneh akan langsung menempel seumur hidup.

Yang paling menarik dari buku ini adalah melihat passion Magali terhadap makanan. Ia biasanya hanya berbicara pendek-pendek yang cenderung sinis. Sepertinya tidak ada yang bisa membuat Magali ceria di dunia ini. Namun kalau sudah berbicara mengenai makanan dan apa yang ada di pikirannya mengenai makanan, ia akan berapi-api dan susah berhenti. Magali memang suka banget sama segala sesuatu yang berhubungan dengan kulinari. Hal itu juga yang menjadi penghubung dirinya dengan sang ayah.

Yang agak mengganggu, judul bukunya kurang cocok dengan ceritanya, IMHO. Magali tidak langsung jreng jatuh cinta dengan Ammar yang berawal dari kue Macaroon. Okay, memang ceritanya Ammar mirip dengan the King of Macaroon tapi bukan macaroon ini yang menghubungkan mereka. Justru selera keduanya yang sama-sama gak (sekali lagi; dalam tanda kutip) seragam itu yang mempertemukan mereka. Kebetulaaaan, kenal sama penulisnya jadi tahu kalau judul naskah awalnya adalah Magali Chronicle. Dan sepertinya judul itu lebih cocok untuk naskah ini. Tidak terlalu banyak romance yang diperlihatkan antara Magali dan Ammar. Malah lebih banyak celotehan antara Beau (ngetiknya gampang tapi ngomongnya tetep gak kebayang) dan Magali yang terasa sekali chemistry-nya. Sayang Beau bokek dan masih sepupu kalau tidak mungkin lebih bagus Magali jadian sama Beau. Kidding. Romance Magali dan Ammar kurang dapat porsi. Padahal tokoh Ammar ini kan orangnya tenang dan optimis bahkan sampai membuat Magali yang biasanya sinis tertarik padanya.

Bukan karena buku ini karya teman sendiri maka sampai berani bilang kalau buku ini direkomendasikan untuk dibaca. Dalam satu buku, bisa ketemu suasana komedi, galau, bĂȘte, sedih karena kehilangan, salah paham, putus asa sampai akhirnya yay! Happy Ending! We all loves happy ending on fiction because we realize life doesn’t really has an ending. Dan buat yang doyan sama dunia kuliner, pasti suka juga dengan penceritaannya di buku ini. Tidak terkesan tempelan dan benar-benar menjadi bagian dalam cerita.

Jadi, tunggu apalagi? Segera dapatkan Macaroon Love di toko-toko buku terdekat. Dan tertawa serta terharu dan tersenyum membaca ceritanya.

2 komentar:

  1. Hihihihi...hadeuh, gw karena karya teman sendiri jadi susaaaah banget mau bikin resensi. Too many personal attachment, jadi gw malah blank. Good review ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget ituh... Kl kenal sm orangnya atau tau orangnya humble juga jadi kesulitan buat bikin review... Hahhahhaha

      Hapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.