Blog berisi curhatan si lajang

Rabu, 15 Agustus 2012

Proses Membosankan



Apa yang menjadi motivasi kamu untuk menulis? Sekedar menuangkan keluar apa yang ada di kepala alias uneg-uneg yang sudah membuncah? Self-therapy? Ingin berbagi informasi dengan orang lain? Hobby? Hati terasa senang ketika menyadari ada kekuasaan disana untuk menentukan nasib para tokoh ciptaannya? Atau uang? Atau ketenaran?

Kalau kalian menebak gue hendak membahas tentang JKR lagi, tepaaat sekali!  Dalam video yang gue tonton itu, diceritakan soal proses yang berjalan setelah ia menyelesaikan naskah. Orang mungkin sulit untuk percaya jika prosesnya terlihat biasa-biasa saja bahkan nyaris membosankan. Setelah ia selesai menulis, naskah itu ia print dan bersama dengan editornya mereka membaca ulang bersama. Memastikan tidak ada yang terlewat. Ada proses menyusun, membaca ulang, menulis ulang, lalu dibaca ulang lagi, di edit dan seterusnya. Memang begitulah yang seharusnya dilakukan oleh setiap penulis. Kalau JKR punya editor, kita juga bisa meminta tolong teman untuk membantu membaca, menemukan kalimat yang gak nyambung karena terlalu semangat menyisipkan kalimat tambahan tapi lupa menghapus yang sebelumnya. Yang penting periksa, baca, tulis ulang, baca lagi, edit dan proses itu berjalan terus. Membosankan ya? Tapi itulah proses yang memang harus terjadi.



Dalam video itu juga diceritakan, JKR ditanya apakah ia ingin menjadi terkenal. Ia menjawab bahwa ia ingin naskahnya diterbitkan. Dan ia benar-benar ingin menjadi penulis. Ketika ia menjadi terkenal karena Harry Potter ia tidak menyangka orang akan begitu ingin tahu tentang kehidupannya. Mulai dari mencari sesuatu di kotak sampahnya hingga mengintai anak-anaknya di sekolah. Ingin tahu apakah anak-anak JKR sombong karena dirinya adalah penulis terkenal. Ia tidak pernah menyangka ketenaran akan menghampirinya karena Harry Potter.  Ia senang bertemu dengan orang-orang yang membaca bukunya. Tapi ia sulit membiasakan diri untuk acara-acara yang banyak meminta kehadiran dirinya. Sementara ia tidak terlalu menyukai hal tersebut. Ia menekankan bukan berarti ia merasa dirinya lebih baik dari orang lain karena tidak menyukai keramaian. Jadi, ia benar-benar ingin menjadi penulis melebihi apapun di dunia ini tanpa berpikir oh, dengan menulis saya akan menjadi terkenal. Dan menjadi terkenal ternyata tidak menyenangkan karena orang akan mencari tahu hal-hal yang paling pribadi.

Jadi apakah kita menulis untuk mencari ketenaran yang akan mengantar kita ke satu perayaan ke perayaan lainnya? Atau kita hanya fokus pada satu hal yaitu ingin naskah di terbitkan karena inilah hasil kerja keras saya sebagai penulis? Semuanya sah-sah aja kok karena bukankah kita sendiri nanti yang akan menjalani prosesnya? Mulai dari ide yang mengalir, menuangkannya dalam nasakah yang kita susun, coba menerbitkannya dan setelah itu tinggal melihat hasilnya. Jadi, jangan berhenti menulis hanya karena tidak memberi kamu ketenaran. Jangan mengucapkan selamat tinggal pada menulis karena tidak mendapat uang dari sana. Intinya adalah, apapun motivasi kamu untuk menulis dan ingin menerbitkan proses yang sepertinya membosankan itu tetap harus dilalui :) Dapat ide, mulai menyusun awal dan akhir dari cerita. Lalu tokoh-tokohnya, bagaimana sifat-sifat mereka. Gunakan selalu Who, what, where, why, when untuk menuntun kamu dalam menulis. Jangan bosen-bosen membaca ulang agar tahu mana yang perlu di edit. Jangan malu-malu meminta tolong teman kamu untuk membaca. Tidak ada teknik apapun yang bisa membantu untuk menulis lebih baik selain rajin menulis.

Bukankah begitu? :)

6 komentar:

  1. kalo aku nulis karena hobi aja. btw, terkenal itu memang gak enak. gak ada privacynya. kemana2 diintai wartawan. hehhee

    BalasHapus
  2. Rajin menulis dan rajin mempelajari teknik bercerita supaya komplit :D

    BalasHapus
  3. Gw cuman baca ulang tulisan gw satu kali sebelum tekan tombol Publish. Itu sudah cukup, belum ya?

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.