Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 30 November 2015

Japanese Film Festival First Timer


Dulu, dulu, duluuu banget ada yang namanya Jiffest; surga buat penggemar film-film. Selain film Amerika, ada juga film dari negara-negara lain yang bisa dinikmati. Tentu saja tidak semua film-film tersebut bisa dinikmati oleh saya. Mungkin karena sudah terbiasa dengan film-film Amerika yang ceritanya berjalan cepat jadi terkadang ada film-film yang membuat saya ngantuk. Sudah ngantuk saya masih tidak mengerti juga jalan ceritanya apa. Cape dheee. Dan kejadian itu terulang lagi ketika untuk pertama kalinya saya menonton di Festival Film Jepang.

Diambil dari Fanpage The Japan Foundation

Ini adalah kali pertama saya menonton di Festival Film Jepang dan teman saya sudah membelikan tiket untuk film yang berjudul A Samurai Chronicle. Dan ternyata…kejadian bobo bareng itu berulang. Tapi sebelumnya, kurang lebih inilah inti ceritanya… hasil dari google dan bukan dari olahan otak sendiri setelah nonton.




Jadi ceritanya dimulai ketika dua orang samurai muda terlibat perkelahian. Samurai yang tidak sengaja melukai keponakan pimpinan klan seharusnya ia dihukum untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri bagi para samurai dipandang sebagai cara yang lebih terhormat untuk menghabisi nyawa mereka sendiri. Samurai muda tersebut; Shozaburo Danno (Junichi Okada) akhirnya mendapat pengampunan. Sebagai gantinya ia harus mendatangi dan tinggal di rumah seorang samurai yang bernama Shukoku Toda (Koji Yakusho). Shukoku yang mendapat tugas untuk membuat catatan sejarah klan-nya mendapatkan ijin untuk hidup selama 10 tahun. Ia mendapat hukuman untuk melakukan bunuh diri karena keterlibatannya dengan seorang selir. Waktu untuk bunuh diri tersebut masih tiga tahun lagi. Jika Shozaburo melihat ada kemungkinan Shukoku ingin melarikan diri dari hukumannya maka ia yang harus melaksanakan eksekusi tersebut. Termasuk membantai juga istri dari Shukoku, putera puterinya sekalian. Namun setelah menghabiskan tiga tahun tinggal di sana, Shozaburo bukan hanya jatuh cinta pada puteri samurai yang harus ia awasi. Ia juga menyadari bahwa sebetulnya Shukoku tidak bersalah dan karenanya berusaha untuk menyelamatkannya. 

Tapi bunuh diri itu bukan sekedar hukuman bagi Shukoku. Melainkan baginya termasuk janji untuk setia pada tuannya dan karenanya siap untuk mengorbankan nyawanya juga. Pada akhirnya, setelah menonton selama dua setengah jam penonton diberi suguhan bagaimana Shukoku bersiap di rumah untuk melakukan bunuh diri tersebut. With a smile. 

Ya amplop ceritanya berjalan pelaaan banget buat saya. Saya pikir awalnya film ini lebih mengutamakan segi artistic. Tapi setelah berdebat dengan teman nonton saya pikir benar juga sih. Dibilang artistic banget juga tidak. Karena film ini lebih banyak mengambil setting gambar saat musim panas. Mengutamakan unsur kebudayaan juga terbilang tanggung. Dan ekspresi anak-anaknya Shukoku itu yang bikin saya pengen nabok. Dataaar…  Adegan yang menarik dan membuat senyum ketika Shozaburo memberikan tangannya pada sang cewek untuk membantu menaiki anak tangga. Sang cewek tersebut sampai harus memastikan tidak ada orang lain yang melihat. Jaman dulu pegangan tangan saja sudah masalah besar ya… Tapi selebihnya…saya sampai sakit kepala berusaha mencari tahu sebenarnya ceritanya apa sih?

Di tengah-tengah pertunjukan, kami mendengar suara dengkuran yang lumayan keras dari penonton lain. Belum lagi desahan dan suara-suara menguap yang membuat saya sama teman-teman mau tidak mau cekikikan sendiri. Ketika akhirnya film usai dan perut mulai sakit, tanpa pikir panjang lagi saya langsung kabur keluar. Ternyata di akhir film ada acara tanya jawab dengan sutradaranya… Walau filmnya buat saya membosankan banget tapi rada menyesal juga melewatkan acara tersebut. Jarang-jarang lho sutradara filmnya ada dan memberikan kesempatan untuk tanya jawab. Ohya, saya belum kapok kok nonton festival film Jepang. Kalau ada lagi tahun depan, saya pasti bakal nonton…walau mungkin akan lebih selektif memilih filmnya. 

Pulang nonton karena sudah lapar saya sama teman-teman mampir deh ke Marugame Udon…biar temanya Jepang banget hari itu… Dan karena saya masih kangen sama Japanese curry jadilah saya tidak kreatif sama sekali dengan memesan Beef curry udon... Disarankan banyak minum dengan memesan teh panas. Selain bisa refill, makanan ini membuat saya dan teman super haus ... 




11 komentar:

  1. Semua serba tanggung ya mb....aku paling gemes kalo alurnya terlalu lama macam siput kikikik

    BalasHapus
    Balasan
    1. IYA... ini pelaaaan pake super banget... Temanku sampai tidur part 1, part 2, part 3... :)))))

      Hapus
  2. Bacanya aja gak menarik, apalagi pas liat filmnya. Percuma buang uang dan waktu buat nonton. -,-

    BalasHapus
    Balasan
    1. a bit harsh, isn't it? Buat gue jelek tapi belum tentu buat orang lain loh :)

      Hapus
  3. Jaman duluuu bngt hoby nonton jiffest ..menarik banget ada festival film jepang. Korea film festival juga menarik mbak 2 minggu lalu saya ikutan

    BalasHapus
  4. wowww foto yang paling bawahnya itu tuh. WUiohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh bikin laper heiheihie.

    BalasHapus
  5. Eh, jadi pengen ikutan nabok biar sadar ^_^

    Lebih menarik makanannya, kayaknya ya, bikin lapar siih

    BalasHapus
  6. ya ampun, ada yg sampai mendengkur segala :))
    saya klo nonton film tembak2an amerika aja suka ketiduran :D

    BalasHapus
  7. bisa dibilang aku pecinta segala yg berbau jepang, dr makanan, mobil, perlatan elektroniknya, rollercoasternya di sana, tapi sumpah, ga untuk film2nya :D.. bener mba, film mrk mostly itu sngt membosankan dan bikin ngantuk berat ;p

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.