Kotbah kemarin 17 November di
gereja menarik juga.Mengenai tiga orang wanita yang menjadi cover utama majalahTimes di tahun 2002. Tiga wanita ini menjadi whistle blower di
tempat kerja mereka masing-masing.Mereka menemukan kejanggalan dan memutuskan untuk menyelidiki,
mengumpulkan bukti-bukti, dan membaginya dengan public
serta melaporkan ke pihak berwajib.
Proses
untuk melaporkan kejanggalan yang mereka temukan tentunya gak mudah.
Mereka bertiga kebetulan adalah single parent yang
memang bekerja untuk menghidupi keluarga. Apa yang
akan terjadi kalau mereka melaporkan kejadian ini? Apakah mereka tetap bisa bekerja di
tempat tersebut? Kalau mereka sampai kehilangan pekerjaan, bagaimana dengan keluarga mereka? Belum lagi hubungan dengan rekan kerja
yang jelas mencari aman semua.Hari geneee, siapa sih yang
mau kehilangan pekerjaan?Tutup mata saja dan biarkanlah yang busuk itu terjadi.

Kebanyakan dari kita sekarang jelas lebih memilih menutup mata dan maju terus walau melihat ada banyak hal yang sebenarnya tidakpantas terjadi. Simple aja. Hidup diri sendiri sudah susah ngapain juga nambahin kesulitan dalam hidup ini? Contohnya, melihat kecelakaan di jalan, maukah kita berhenti dan menolong? Mungkin hati kita ingin menolong tapi otak lalu memberikan fakta kesulitan yang akan terjadi. Kita bisa dituduh jadi pelaku penabrakan, kita harus berurusan dengan yang berwajib karena akan dimintai informasi plus kita bisa ditodong biaya perawatan. Berabe kan?
Emang merasa tertohok juga sih mendengar kotbahnya. Karena jujur aja sih gue jelas lebih memilih diam kalau melihat ada yang gak beres di jalan. Why? Misalnya ada orang yang menyerobot antrian dan gue tegor. Wah, bisa lebih nyolot orang yang di tegor dan akhirnya jadi ribut gak jelas. Males lah gue. Mendingan sih kalau gue, ada orang nyerobot, gue serobot balik tanpa perlu banyak kata-kata. Hahahha... Anyway, focus, cus. Gue lebih mencari aman daripada berusaha bertindak jika melihat ada yang tidak beres. Males mikir keributan yang akan terjadi kalau berusaha mengatakan kebenaran. Capek duluan mikirin proses akibat dari mengatakan kebenaran itu.
Di penghujung kotbah,
pendeta bilang mungkin kita sulit untuk menegakkan kebenaran tapi setidaknya hiduplah
yang benar. Dan itu…really not an easy task juga loh. Kanan kiri korupsi, bisakah kita tetap berjalan lurus tanpa terikut arus yang tidak benar? Ada yang melanggar peraturan lalu lintas, bisakah kita tetap diam di tempat dan terjebak macet sementara ada jalan yang lebih cepat tapi melanggar?
0 komentar:
Posting Komentar
Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.