Blog berisi curhatan si lajang

Selasa, 12 Juli 2011

Mulutmu Racunmu

Seiringnya perkembangan teknologi, kita lebih sering mengomel di status Facebook atau ngoceh-ngoceh di Twitter (ngaku: gue juga kok)


Lalu mulailah bertebaran di internet mengenai etika yang harus kita lakukan dalam mengupdate status hingga foto. Karena, apa yang udah kita ungguh ke internet itu gak bakal bisa hilang alias bakal ada disana terus; biarpun udah diapus oleh kita. Ngeri juga ya...

Tapi yang lebih membuat gue was-was adalah sejak kasus yang menimpa Prita.

Prita ini adalah ibu rumah tangga biasa yang mengeluhkan pelayanan yang ia terima dari RUmah Sakit yang-pasti-elo-semua-udah-pada-tau. Gara-gara keluhan yang ia ceritakan via email yang pastinya dilanjutkan kesana dan kemari itulah ia sejak tahun 2008 menjalani proses hukum yang gak kelar-kelar.

Proses hukum itu terjadi karena Rumah Sakit tersebut gak terima atas keluhan yang diceritakan Prita via email. Jadi kebayang deh, dari tahun 2008 sampai sekarang 2011 masih gak kelar-kelar juga tuh proses.


Memang sih, gak cocok juga ya gue membuat judul mulutmu racunmu...

Tapi dengan kejadian begini..., mungkin gue dan bisa jadi banyak orang lainnya akan lebih memilih cara manual untuk mengeluh akan pelayanan buruk suatu tempat. Entah itu rumah sakit, restauran, dan layanan umum lainnya. Gile, nulis ini aja gue udah deg-degan loh...
Yang gue maksud cara manual ini adalah: dari mulut ke mulut. Orang pastinya sudah lupa dari siapa kabar itu pertama muncul. Dan yang ada biasanya konfirmasi juga dari mulut ke mulut oleh orang yang mengalami perlakuan yang sama.

Lantas apa bedanya dari mulut ke mulut dengan menulis email? Mungkin bagi kita yang bercerita bisa rada aman deh... Karena gak ada bukti tertulis... Dan buat yang dikritik? Jelas rugi secara moral karena orang akan antipati pada tempat pelayanan tersebut... Apalagi tempat pelayanan yang mereka secara terpaksa harus datang karena tidak ada pilihan lain...

Kenapa orang sampai mengeluh lewat surat pembaca atau email? Karena pastinya setelah diajak omong baik-baik secara muka ketemu muka tetap tidak menemukan solusi yang enak bagi kedua belah pihak... Kita yang mengeluh itu jadi rugi dua kali. Pertama kita gak mendapatkan pelayanan sesuai tarif yang kita bayar. Kedua, kalau sampai kita kena dituntut oleh tempat tersebut...buset deh... Udah gak mendapat pelayanan yang diinginkan masih kena tuntut pula.

Tapi yah, namanya juga kita rakyat kecil yak... Jadi, berhati-hatilah berbicara, mengeluh, mengomel, menggerutu tentang suatu pelayanan. Walau kita bisa jadi adalah pihak yang benar, tapi akhirnya malah kita yang kena apes dituntut karena dianggap telah mencemarkan nama baik (apanya yang baik?).

Dan dalam kehidupan maya, mendingan kita juga hati-hati deh dalam berkomentar, ngedumel atau hal-hal yang kayaknya gak penting selain mencurahkan uneg-uneg tapi akhirnya bisa jadi masalah di kemudian hari.

0 komentar:

Posting Komentar

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.