Blog berisi curhatan si lajang

Tampilkan postingan dengan label angkot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label angkot. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 September 2016

Tap-in and Tap-Out



To you all busway users, if you are frequently get off at one of the busway stops at corridor 1, then you surely notice there is something new.

Unlike commuters line users, busway passengers usually just hurriedly go out from the busway stop without have to tap out their pre-paid card. Especially now, there are many passengers use busway feeders and they usually pay with cash. The official in charge usually will give them some kind of receipt. And as we are all know it too well, we just throw away the receipt or pay no attention whatsoever.

Jumat, 05 Agustus 2016

Stasiun KOTA Jakarta


"Mama mau melihat stasiun Kota sekarang kayak apa."

Sebenarya sudah lama mama meminta diajak ke Stasiun Kota, tapi saya yang terus mengulur waktu. Masalahnya? BANYAK...

Pertama adalah, dari area tempat tinggal orangtua saya sih deket banget sama stasiun KRL. Tapi...dari stasiun ini ke Stasiun Kota tidak bisa sekali jalan. Harus transit. Lah naik turun kereta saja buat orangtua saya sudah perjuangan pake banget. Ini naik turun terus naik lagi turun lagi...hadeuh... 

Kamis, 24 Maret 2016

Naik Taksi


Yang tinggal di Jakarta, ada yang ingat dulu naik taksi apa pertama kali? Gak ada? Saya baru ingat setelah membaca status seorang teman tentang taksi jaman ketika kami sama-sama masih kecil.

President Taxi

Duh, sayang banget ya saya tidak punya koleksi foto taksi yang satu ini. Yaela, jaman dulu gitu loh... Mau foto harus beli klise film dulu yang harganya tidak murah. Lalu harus dicetak lagi dan jadi nambah deh ongkosnya. Masa udah mahal-mahal mau foto di depan taksi? 

Mungkin juga ingatan saya tipis tentang President Taxi karena ya memang waktu kecil orangtua malas menggunakannya. Bukan apa-apa, tapi saya pasti muntah setiap kali dibawa jalan-jalan dengan taksi. Payah banget deh pokoknya. Dan setiap kali saya tahu kalau mau jalan-jalan dengan taksi pasti sudah stress duluan. Entah karena bau di dalam taksi yang membuat saya mual (jaman dulu kayaknya masih menggunakan AC alam alias buka jendela) dan perasaan terkurung yang akhirnya membuat muntah. Tapi setelah lewat masa-masa tidak menyenangkan itu, saya suka banget diajak jalan-jalan dengan taksi. Saya ingat membawa pulang boneka yang ada jadi hiasan dalam taksi. Dikasih sama supirnya dooong setelah saya minta dengan muka semanis mungkin. Seingat saya tidak ada pengalaman yang membuat trauma banget untuk naik taksi. 

Jumat, 18 Maret 2016

Suara Pengguna Kendaraan Online




Beberapa hari lalu, seperti yang terlihat dari video Net TV, para supir taksi demo di Balai Kota Jakarta meminta penutupan taksi berbasis aplikasi online seperti Grab Car dan Uber Car. Kenapa sebegitu hebohnya saya jadi ingin membahas dari sudut pandang sebagai pengguna angkutan umum dan yang berbasis aplikasi online.

Disebutkan kalau kendaraan berbasis aplikasi online ini  tidak mempunyai izin operasi sebagai transportasi umum menurut ketentuan PP 74  Tahun 2014 Pasal 29 ayat 2 Kepmenhub 35/2003. 
Yang saya jadi agak bingung, kenapa dibolehkan dari pertama? Bukankah untuk beroperasi yang urusannya dengan masyarakat harus lewat ijin resmi atau bagaimana kek? Kalau soal mereka tidak bayar pajak pada negara, ya itu memang benar sih jadi melanggar. Makanya, kenapa sedari awal tidak diurus atau bagaimana deh. Mungkin jadi tidak bisa beroperasi dengan cepat, tapi kalau bisa langsung beroperasi dengan cepat setelah itu jadi masalah... cape dheee...

Senin, 14 Maret 2016

My Own Review For Motorcycle Taxi in Jakarta

Hi semuanyaaa... sebelum saya mulai bercuap-cuap sudah ada yang mengikuti lomba review berhadiah pulsa? Lumayan loh hadiahnya bagi pemenang pertama adalah pulsa Rp. 100.000,- Batas terakhir adalah tanggal 24 Maret jadi jangan sampai lupa yah. 

Okay, now I'm going to make my personal review about motorcyle taxis in Jakarta. What? There is a motorcycle taxi here? Yeap... In here they called Ojeg or ojek... The same thing. Since most of the time, Jakarta hit with traffic jam these kind of taxis really help us a lot. Both we, passenger and driver know this kind of transportation is illegal, but we use it anyway. Usually we have to know about the route and more or less about the decent fee to be paid to the driver. It will help if you have Indonesian friend who will give you inside and tips and guidance about this matter. Otherwise, if you are not really a bargaining person then most of motorcycle taxi drivers will rob you blind.

Senin, 27 Juli 2015

Jalan-jalan Jakarta


Horeee... Jakarta sepiii! Kata siapah?



Saat tanggal 18 Juli saya menuju Grand Indonesia untuk menonton The Ant-Man bersama teman saya di Blitz. Dan jreng..., sudah lama nunggu busway datang pas datang makjleb penuh pula. Karenaaa... saya naik busway yang menuju halte Dukuh Atas yang juga merupakan halte transit bagi yang menuju kebun binatang Ragunan. Wedeww... Kalau jurusan lain seperti dari Blok M menuju Kota terpantau sepi. Duile, saya sudah seperti berita aja... Kebanyakan baca dari Aplikasi Kurio sih


Senin, 13 Juli 2015

Kepadatan Liburan Lebaran


Beberapa tahun lalu saya pernah merasakan ikut jalan-jalan saat menjelang Lebaran, sesudah Lebaran dan saat Lebaran ke luar kota. Dan mengingat, saya tidak bisa mengemudi dan pastinya hanya tahu duduk selama perjalanan tapi masih ingat sama capeknya. Plus, jaman saat saya ikutan jalan-jalan saat suasana Lebaran itu adalah jaman tidak ada yang namanya gadget. Alias, kalau sudah kena macet ya alamat bengong di jalan, tidur, bangun, terus tidur lagi... Seberapa lama sih tahan mengobrol? Saya ingat sampai kura-kura kesayangan yang masih kecil itu ikut dibawa-bawa untuk menghibur diri sepanjang perjalanan.

Setelah bertahun-tahun kemudian, yang namanya tempat ramai itu bukan hanya di jalan-jalan yang menuju kampung halaman. Tapi di Jakarta, tempat-tempat berikut bisa dipastikan juga akan penuh dan kalau tidak siap bisa membuat puyeng.



Sabtu, 27 Juni 2015

Kendaraan Umum Di Jakarta


Catatan:
Postingan ini pernah saya muat di blog yang khusus berceloteh tentang angkot di Jakarta. Blog tersebut sudah tidak aktif jadi saya mulai memindahkan satu persatu postingannya ke blog ini.

Ada yang pernah nanya ke gue beda bemo sama bajaj itu apa? Dan terakhir dia nanya juga beda oplet sama mikrolet.

Jadi gue iseng browsing and sekarang gue posting aja gambar - gambar ini sambil ada keterangan dikit lah... :D

Ini daftar kendaraan umum yang pernah beredar dan masih beredar di Jakarta:

Jumat, 05 Juni 2015

Kereta Cepat Di Bangkok


Tahun 2011 lalu gue berkesempatan untuk jalan-jalan ke Bangkok bareng temen-temen. Awalnya kita menginap di penginapan yang di rekomendasikan sama temen. Semacam Bed And Breakfast begitulah penginapannya. Jadi bukan hotel tapi gak bisa juga dibilang hotel butut.

Terus, karena gue belum pernah ke Bangkok dan gak tahu bahasa di sana, gimana caranya pergi ke penginapan Lemon Seed ini? Apa harus nyewa mobil? Mana kita baru sampai pas disana sudah malam. Temen gue yang merekomendasikan penginapan itu menginformasikan bahwa ada kereta cepat langsung dari bandara ke stasiun yang gak jauh dari hotel itu. Kalau sampai disana siang, mungkin gak apa jalan kaki. Tapi kalau serem ya mendingan naik tuk-tuk aja. Begitulah sarannya.

Nah, bayangan gue tentang Bangkok ini khan kurang lebih hampir sama dengan Jakarta. MACET. Dan waktu itu kita sampai disana Jumat malam. Wah, malam gaul nih... Begitu pikir gue. Pasti macet juga sama kayak di Jakarta. Jadi, memang bagus deh kalau ada kereta cepat dari bandara menuju tempat penginapan.

Kamis, 04 Juni 2015

Kartu Pre-Paid

Naik busway ataupun alat transportasi di Jakarta itu memang butuh kesabaran. Ya sesama penumpang, ya armada busway yang semakin minim untuk trayek yang sering saya lewati sampai ke masalah kartu pre-paid.

Buat pengguna KRL ataupun busway, disarankan untuk setidaknya punya dua kartu. Kenapa? Ini nih alasannya...

1. Kecopetan...
Dimana biasanya kamu menyimpan kartu pre-paid? Di tempat lain yang bukan dompet kamu? Itu bagus. Karena begitu kamu menyimpan di dompet dan kecopetan maka yang terjadi adalah... kamu harus membeli kartu lagi. Ya iyalah... No card no enter. Untuk naik KRL, masih bisa membeli kartu harian yang umurnya tahan seminggu. Jadi dalam seminggu, bisa dikembalikan di stasiun KRL mana saja dan uang jaminan pun akan diserahkan kembali pada si pengguna.
Tapi untuk naik busway, tidak ada yang namanya kartu harian. Catet ya...

Senin, 01 Juni 2015

Jalan-jalan Dadakan


Saya ternyata memang tidak cocok dengan kegiatan dadakan. Terbukti dari kurang sukesnya jalan-jalan dadakan ke Bogor bersama teman yang minggu lalu sama-sama menjelajah area Kota Tua dan Glodok.

Senin, 10 November 2014

Hati-hati Naik Bus PPDP157

Buat para pengguna bus biasa harap hati-hati deh. Apalagi kalau udah biasa naik yang namanya busway. Bukan berarti di dalam busway gak ada copet. Tapi kayaknya yeee...mereka gak gampang beraksi di busway. Satu, ada petugas. Selama penumpang sadar ada copet dan segera memberitahu petugas, paling enggak dompetnya pasti ketemu. Dengan catatan kalau pencopetnya masih didalam bus dan terpaksa membuang dompet tersebut ke lantai. Beberapa hari yang lalu gue baru aja kecopetan dan rasa sakitnya tuh...disiiiniiiiiii!!!!!

Tapi namanya juga orang Indonesia ya. Masih bersyukur ada yang segera memberitahu sehingga gue bisa cepat blokir kartu kredit. Lalu berlanjut ke atm. Tapi tetap aja gondoooookkkk karena artinya gue harus urus ktp dan atm...

Hati- hati aja deh naik bus PPD P 157. Bisa buka link ini kalau mau lihat rutenya.

Gue sampai ngetwit ke TMC_Polda dan keesokan harinya baru kelihatan ada polisi. Padahal pas kejadian gak ada ... Gak tau juga kalau gak ngeliat karena gue udah paniiiik campur marah.

Pastinya gue kapok naik bus biasa. Kalaupun harus naik, gue mesti ekstra hati2! Plus gue gak akan pake dompet lagi seumur idup!!!!

Selasa, 23 September 2014

Yang Perlu Diperhatikan Saat Naik KRL




Sesekali gue naik kereta juga walau lebih banyak di akhir pekan. Soalnya kalau mau naik pas hari-hari kerja ya sama aja gue menyiksa diri. Hanya beda alat. Dari busway ke kereta. Sengsaranya sama aja. Heheheh

Selasa, 19 Agustus 2014

Untung Buat Gue Musibah Buat Yang Lain


Walah, judulnya serem amat. Tapi begitulah yang terjadi kemarin tanggal 18 Agustus 2014. Berhubung gue gak memantau berita jadilah gak tau sama sekali kalau bakal ada pawai budaya. Kalau aja gue baca berita ini dari pagi, mungkin gue bisa antisipasi rute mana untuk pulang.

Jadi seperti biasa, kemarin gue masuk ke halte busway dan kaget melihat antrian jalur yang biasa ...panjangnya luar biasa. Nah, kalau sudah begini mulai deh berpikir untuk mengambil jalur lain yang penting gue gak mau lama-lama di dalam halte busway yang puanas.

Okay, sekarang sudah berada di busway dengan rute yang berbeda yang sebenarnya jadi agak jauh sih. Tapi daripada gue harus perang fisik untuk sekedar berdiri...makasih deh. Lagi gak punya energi. Ternyata setelah duduk didalam busway yang super dingin (karena penumpangnya sedikit), eh....butuh hampir setengah jam untuk keluar dari wilayah halte busway tersebut. Letaknya memang passss banget dekat perempatan jalan jadi makin lengkap deh waktu tunggunya. (maksudnya lama banget).

Bebas dari lampu merah, gue kaget...eh...kok busway ini bergerak kejalur yang justru biasa gue gunakan...? Seorang penumpang yang gue tanya memberi tahu kalau ada penutupan jalan. Dan otak gue yang lemot masih belum kepikir kalau jalan ditutup karena ada PAWAI.. Gue malah mikir, oh bagus nih. Gue bisa turun di halte yang biasa untuk sekedar pindah ke angkot lain. Tapi oh tapi....halte busway yang gue pikir bisa membantu untuk meloloskan diri dari super macet ini.....DITUTUP. Gubraks...

Rabu, 11 Juni 2014

Alasan Tidak Menggunakan E-Ticket


Sempet surprise juga baca berita ini. Tapi memang sih, hingga saat ini masih banyak pengguna TransJakarta yang enggan menggunakan E-Ticket.

Mungkin alasan berikut ini yang menjadikan orang enggan menggunakan E-Ticket:

Senin, 21 April 2014

Antara Saya Dengan Dinda


Ada apa dengan Dinda? Dinda siapa? Menjelang libur panjang Paskah kemarin, di media sosial beredar screenshot seorang cewek bernama Dinda. Dinda melontarkan kekesalannya karena harus memberi tempat duduk pada ibu hamil di kereta. Entah siapa temannya di PATH yang iseng menyebarkan screenshot komentarnya sehingga berhujananlah hujatan pada Dinda,

Jujur aja nih, gue juga merasakan hal yang sama dengan Dinda. Gue mengaku, belum bisa berbesar hati setiap pagi dan sore; ketika pulang dan berangkat kerja, memberi tempat duduk untuk wanita hamil. Kalau bus tidak dalam keadaan yang super duper padat, gue sih dengan rela hati memberikan tempat duduk. Apalagi untuk lansia. Tapi kalau bus sedang padat dan memang lagi gak mau memberi tempat duduk, melihat ibu hamil gue langsung was-was. Mau ngasih tempat duduk rasanya gak rela. Gak ngasih kok gak enak juga... Gak mencari-cari alasan kok. Kalau gue sedang gak rela, gue akan tetap duduk sampai ada petugas yang menegur. Atau si ibu hamil itu yang meminta. Kalau gue NYARIS duduk tapi karena ada ibu hamil...ya apa boleh buat... berdirilah gue sampai di tempat tujuan.

Untuk melontarkan kekesalan seperti yang dilakukan Dinda, well...jelaslah gak mungkin. KArena gue sadar, seharusnya gue bisa mengalah. Apalagi kalau kondisi tubuh sedang fit. Tapi, jika gue sedang capek dan egoisnya kumat, maka gue berusaha mencari jalan lain agar bisa tetap duduk.

Jumat, 05 November 2010

Bajaj Bikin Bising

Gue sebenarnya pernah bikin postingan ini di kompasiana tapi what the heck deh... Kita bikin aja lagi disini buat gambaran aja ke kamu – kamu yang gak tau bajaj itu apa’an sih?


Jangan tanya sama gue sejarahnya itu bajaj di Jakarta sini kapan beredarnya....(hahahah, gimana sih katanya mau cerita soal bajaj)


Bajaj itu salah satu kendaraan umum beroda tiga di Jakarta dimana bagian depannya hanya buat didudukin oleh supir. Ongkosnya mesti tawar menawar soalnya kalau enggak elo bisa dikerja’in abis. Yah, memang gak semua sih tapi rata – rata gitulah. Bunyi kendaraannya berisik banget dan rasanya tuh tulang – tulang di badan bakal rontok lebih cepat kalau naik bajaj. Kendaraan yang penuh dengan goncangan. Makanya sangat tidak dianjurkan untuk naik bajaj dengan rute yang lumayan jauh. Oh, bukan soal jadi mahal atau sebagainya....tapi badan bisa rusak... Percaya deh...

Loh kalau segitu bikin tergoncangnya kenapa gak naik kendaraan lain aja? Masalahnya naik bajaj itu kan terserah kita mau kemana tujuannya... Kalau naik kendaraan umum lainnya mungkin kita hanya bisa berhenti di area terdekat dimana tujuan kita yang sebenarnya. Kalau hujan juga masih terlindungi naik bajaj lah daripada naik kendaraan lain... Tentunya gak seenak naik taksi doong... Beda harga beda kenyamanan ;)
Dulunya sih gue sama ortu gue muat tuh kemana – mana dalam satu bajaj dan bertahun – tahun kemudian...berdua aja rasanya sudah sesak... Bwahahahah...


Pas masih sekolah lebih gila lagi... Gue inget saking minimnya tuh uang jajan, kita memutuskan untuk naik bajaj berenam. Walau kelihatan rada gondok, tapi supirnya berusaha maklum deh... Gak tau gimana caranya kita berenam pada muat nyempil di dalam bajaj termasuk gue yang untuk ukuran dulu pun udah termasuk berlebihan berat badannya. Biar dikata kendaraan penuh dengan goncangan kita ketawa – tawa ajah tuh pas naik... Gak berasa pegelnya pas turun dan mengulangi perjalanannya dengan berdempet – dempet. Lucunya supir bajajnya mau lagi nunggu kita kelar urusannya sebentar untuk balik lagi ke tempat awal. Hihihihih... Mungkin dia lega aja kali kita gak ngancurin kendaraannya.


Tahun berganti tahun akhirnya nongol lah bajaj versi baru yang katanya sih menggunakan bahan bakar gas. Tapi denger – denger dari para supirnya mereka sekarang juga menggunakan bensin sebagai bahan bakar... Mungkin mahal kali ya pake gas sementara para penumpang kan sebodo amat mau elo pake gas kek atau bensin kek pokoknya kita bayarnya ya segitu.


Bedanya apa sih bajaj yang model lama dengan yang model baru? Oh, lumayan banyak setidaknya bagi orang tua gue.
Kata ortu gue, naik bajaj apalagi dengan jarak tujuan yang rada jauh bisa membuat mereka meninggal di jalan. Ya apalagi kalau bukan gara – gara goncangannya yang luar biasa itu. Apalagi kalau lewat rel kereta api. Gak cuman tulang yang rontok, tapi seluruh organ tubuh bisa lepas deh dari badan. Jadi jelas mereka menolak mentah – mentah untuk naik bajaj yang versi lama. Belum lagi suara bisingnya yang bisa membuat budeg telinga... Seperti berada di dekat orang yang lagi mengebor jalan. Bisa dibayangin kalau kita lagi ngobrol, pasti kayak orang lagi berantem karena kudu teriak – teriak sepanjang perjalanan.


Sementara dengan bajaj versi baru...wah, suara mesinnya lembut banget... Seperti kata iklan suatu kendaraan : nyaris tak terdengar. Jadi kita gak usah berteriak – teriak kalau mau ngobrol. Dan sepanjang perjalanan kita gak bakal berasa seperti bergoncang – goncang yang bisa bikin rontok organ tubuh. Nyaman abis.
Dan poin plus lainnya buat para orang tua adalah naik ke bajaj versi lama serasa mau naik kuda. Kaki tuh mesti diangkat setinggi – tingginya... Sementara dengan bajaj yang baru ini, kita gak perlu repot – repot mengangkat kaki setinggi gedung 10 tingkat untuk naik bajaj.


Jadi, kalau ke Jakarta...siap – siap ya nyoba naik bajaj. Terserah mau naik yang mana, yang penuh goncangan atau yang anteng tenang seperti naik taksi... Taksi tanpa ac tentunya... ^_^

Kamis, 30 September 2010

Habis Diusir?

Hari ini ceritanya bukan soal di bus sih...rada belok sedikit. Masih berputar soal angkutan umum, yaitu mikrolet sama bemo (nah yang ini entah masih ada apa enggak ya). Topiknya juga bisa aja terjadi di bus, yaitu ketika kita ketemu sama orang yang membawa banyak barang.

Gue tau sih ongkos angkutan umum itu murah banget (kalau enggak, mana mungkin gue rela berdempet - dempetan di sana selama belasan taun?) TAPIIII, mbok ya kira - kira dong kalau bawa barang dagangan atau abis menguras abis isi rumah atau malah diusir keluar dari sana... Bawa barang banyak yang bikin sempit dan sudah pasti bikin bete orang lain...

Tau sendiri kan pintu masuk mikrolet itu sempitnya kayak apa? Buat yang gak tau mikrolet dan bemo itu sejenis makanan eh...kendaraan apa, liat aja ya gambar di bawah ini (gambar ini diambil dengan paksa dari hasil browsing di google)



Mikrolet tuh kurang lebih asal muasalnya dari kendaraan yang isinya bisa banyak orang. Seperti mini van untuk keluarga deh. DI bagian depan sudah pasti diisi oleh supir dan di sebelahnya bisa untuk dua orang penumpang (rada maksa). Di belakang, kursinya dibuat saling menghadap. Jejeran penumpang disisi belakang supir, selama penumpangnya langsing - langsing sih bisa duduk nyaman sebanyak enam orang. Sementara untuk sisi yang berdekatan dengan pintu masuk, wajib diisi empat orang. Ohya, ada ekstra kursi kecil dekat pintu yang bisa memuat dua orang. Juga rada maksa.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.