Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 30 Januari 2017

BEDA TAPI SAMA

Dapat Angpao, uhuy!
Jujur, selama ini saya hanya ikut senang-senang saja ketika hari raya Imlek. Senang-senang dalam hal mendapat angpao dari atasan, dapat kue keranjang dan jeruk untuk orangtua saya di rumah. Saya melihat perayaan Imlek, sama seperti acara tahun baru yang lalu di keluarga besar orangtua saya. Di mana para anggota keluarga berkumpul di rumah orangtua, atau saudara yang tertua. Makan-makan, ngobrol (ujung-ujungnya jadi penderitaan buat si lajang karena terusss di-bully kapan oh kapan kamu kawin and so on), lalu menjelang tengah malam berdoa bersama, menyambut tahun baru. Acara mengobrol biasanya lanjut sampai pagi, yang tadi mukanya agak ketekuk sudah mulai luwes (setelah senam muka) dan suasananya lebih tenang. Mengapa tidak? Hari yang baru telah tiba dan mari lupakan yang sudah lewat dan menyambut hari-hari di depan. Jadi, bukankah inti perayaan tahun baru setiap tanggal 1 Januari dan perayaan Imlek kurang lebih sama? 

Lalu saya mulai membandingkan kebiasaan menjelang tahun baru di rumah orangtua dengan beberapa teman saya yang merayakan Imlek. Menurut orangtua teman saya tersebut, Imlek adalah bagian dari tradisi yang harus dilestarikan dan diteruskan ke generasi berikut dan berikutnya lagi. 




1. Bersih-bersih rumah. 
Kalau di rumah orangtua saya yang sesekali jadi tempat untuk berkumpul, maka jelas dong di mata mereka sebisa mungkin bersih-bersih deh rumah. Kalau malas membersihkan seluruh penjuru rumah, paling tidak ya ruang tamu jangan sampai terlihat dekil. Hal ini mereka katakan setelah capek menyuruh saya kerja bakti bebenah rumah. Kamar sendiri saja berantakan, boro-boro seluruh sudut rumah. Buat orangtua saya, kalaupun tidak ada acara keluarga ya namanya saja menyambut hari baru tahun baru, masa sih sampah dan debu masih juga setia menempel? 


Sementara bagi teman-teman saya yang merayakan, bebenah rumah ini wajib hukumnya. Seluruh sudut-sudut rumah tidak boleh ada yang terlewatkan. Bisa seminggu sebelum sudah bebenah rumah. Karena kegiatan membersihkan rumah dimaksudkan untuk menyingkirkan nasib buruk di tahun yang lama dan membuat jalan bagi masa depan yang baik di tahun baru. 
Sementara justru di hari Imlek, tidak boleh bebenah sampai sampah sekalipun tidak boleh keluar rumah. Kegiatan menyapu saat hari tahun baru Imlek dipercaya sebagai lambang hilangnya pula kekayaan, karena diyakini akan ikut tersapu bersih. Membuang sampah melambangkan dapat ikut terbuangnya semua peruntungan yang baik atau nasib baik dari dalam rumah.

*Terus membayangkan saya dan mama yang biasanya sudah tidak tahan untuk segera bersih-bersih sampah setelah acara kumpul-kumpul selesai. Hahahha, bisa menderita sepanjang malam tuh kayaknya*


Di Vihara Dharma Bakti, foto koleksi pribadi teman


2. Tidak Tidur sampai Pagi
Dulu sih waktu saya masih jauuuh lebih muda dari sekarang, saya tidak sabar menanti pagi hari saat hari baru di tahun baru bareng sepupu. Padahal ya mataharinya kan hanya satu, siklusnya ya setiap hari sama, tapi berasa ada yang beda saja kalau dari tanggal 31 Desember ke tanggal 1 Januari. Tentu saja saya sekarang lebih memilih tidur setelah berdoa bersama dan tidak ada lagi bunyi kembang api. 

Sementara bagi mereka yang merayakan Imlek, ada maknanya dan bukan sekedar kongkow-kongkow menghabiskan tahun lama dan hura-hura di tahun yang baru. Bagi yang telah lanjut usia, kudu bersyukur mereka telah melewati tahun yang lama dan bisa menghargai waktu yang akan datang. Untuk yang masih muda, nah mereka sebaiknya menggunakan waktu tersebut untuk mendoakan orangtuanya panjang umur. 


Koleksi pribadi milik teman


3. Buka Pintu dan Jendela
Waktu saya masih kecil, jendela rumah yang saat itu adalah jendela nako dibuka karena saya berharap akan ada hadiah dari Santa Claus dan karenanya pohon Natal diletakkan dekat jendela. 

Menurut teman saya saat Imlek biasanya semua lampu di dalam rumah dinyalakan sampai lewat jam 12 malam. Biasanya jam 2-3 baru dimatikan, dengan harapan saat lampu menyala tersebut sepanjang tahunnya di tahun yang baru ini jalan kehidupan akan tetap terang, tidak dirudung kemalangan. Sementara jendela dan pintu utama, pintu ruang tamu biasa dibuka dengan alasan supaya rejeki masuk.


Duh, kalau rumah teman saya ini dekat pasti saya sudah mampir

4. Makanan
Yeah, sampailah kita pada topik favorit saya yaitu tentang makanan Saya sampai ngiler bahkan saat membuat postingan ini. Ada pindang bandeng yang bumbunya banyak dan dibakar semua, lalu agar duri-durinya tidak menganggu lanjut dimasak dengan presto. Pindang bandeng ini dimasak oleh mama teman saya dan diberikan masing-masing satu kepada adik-adik ceweknya. Dari informasi yang saya peroleh, duri ikan bandeng yang banyak banget itu melambangkan kehidupan yang tidak selalu mulis. Makan ikan bandeng di hari raya Imlek sebagai doa agar bisa melewati rintangan kehidupan. Mungkin lain kali saya harus tanya makna ikan mas arsik khas Batak ke mama. Apakah kurang lebih sama seperti pindang bandeng? 
Berikut penampakan pindang bandeng dan mie goreng hasil masakan mama teman saya. 






Selain pindang bandeng, ada juga ayam goreng, ayam merah masak dengan angkak (nasi yang menjadi merah melalui proses fermentasi dengan ragi khusus), bakmie goreng, perut babi dimasak kuah dengan bakso, capcay, dan manisan-manisan permen serta kue lapis legit. Ternyata kue lapis legit itu wajib ada agar rejeki berlapis-lapis.




Foto berikut adalah penampakan babi cin dan ayam kuah merah



5. Angpao
Sebenarnya keluarga saya tidak terbiasa dengan angpao, tapi entah kapan dimulainya saya dan sepupu yang saat itu masih remaja iseng meminta uang saat tahun baru. Dan dapat. HOREH. Sejak saat itu, acara penodongan ketika malam tahun baru menjadi tradisi. Tapi untunglah saat saya sudah kerja, tradisinya menghilang. Hahahahha... Dasar pelit. 



Dari beberapa teman yang saya tanyakan soal tradisi memberikan angpao ini ada hal menarik yang saya dapat. Bagi yang telah menikah dan pastinya sudah bekerja, selain wajib memberi pada orangtua dan para keponakan yang masih kecil, tetap harus memberikan pada si lajang. Tapi di beberapa keluarga ada yang menghentikan pemberian angpao begitu si lajang sudah dewasa dan bekerja. Ada juga yang masih lanjut dan seperti yang diceritakan oleh teman saya sesama lajang,"Saya sampai diomelin, rugi bandar nih kami memberikan angpao ke kamu. Kapan kamu kasih ke anak-anak kami?"
Lho? Rupanya lajang tidak diperbolehkan memberikan angpao saat Imlek. Dari informasi teman yang lain, lajang yang sudah bekerja ada juga yang memberikan angpao pada orangtua dan keponakan. Tapi saya belum berhasil mendapatkan informasi kenapa-kenapanya. 

Pastinya, makna angpao bukan pada isinya, tapi amplop merahnya. Baik yang menerima atau yang memberi diharapkan akan sama-sama beruntung, mendapatkan rejeki berlimpah di tahun baru.


6. Baju Baru
Saya bukan berasal dari keluarga yang kaya raya yang bisa beli baju kapan saja ketika mau. Saat kecil saya juga menunggu hari-hari besar seperti perayaan ulang tahun dan tentunya Natal serta Tahun baru. Hanya saat-saat itulah saya bisa mengenakan baju yang baru. Jadi lebih berkesan sebenarnya, ada sesuatu yang ditunggu. Warna merah biasanya menjadi pilihan saya, karena maunya sama dengan baju santa Klaus. Dan karena tampilannya yang jreeeng itu yang membuatnya keren untuk digunakan. Tapi intinya baju baru, jadi tidak ada warna khusus atau warna-warna yang harus dihindari.


Sementara bagi yang merayakan Imlek, dipercaya jika mengenakan baju lama akan membawa sial. Jadi mengenakan baju baru mempunyai arti meninggalkan hal-hal buruk di masa lampau dan menggantinya dengan yang baru akan membawa kebaikan di tahun yang baru. Warna cerah seperti merah dan emas akan menjadi pilihan dan warna hitam serta putih akan dihindari. Karena dua warna belakangan ini berkaitan dengan kematian. Tidak hanya baju luar yang baru, tapi sampai sepatu, baju tidur hingga pakaian dalam. Walau menurut teman saya, yang belakangan ini sudah mulai jarang dilakukan. 



Vihara Dharma Bakti, foto koleksi pribadi teman


7. Berdoa 
Saat menjelang Natal dan Tahun Baru, saya dan keluarga biasanya akan berdoa bersama. Kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, telah diberikan kesempatan untuk menjalani hidup di tahun-tahun yang telah lewat. Berharap agar di tahun yang baru, kami beroleh rejeki dan penghidupan yang lebih baik. 

Kebanyakan dari teman-teman yang saya tanyakan sudah tidak ke Vihara ketika menjelang tahun baru Imlek. Tapi biasanya menjelang jam 12 mereka sekeluarga akan sembahyang dengan menggunakan hio kepada Tuhan. Isi doanya juga kurang lebih sama, mengucapkan terima kasih atas tahun yang telah lewat dan memohon hal-hal yang baik untuk tahun baru yang akan dijalani. 


Saya mengambil kesimpulan, hari raya adalah kesempatan bagi kita untuk berkumpul dengan anggota keluarga. Jika berlebih, maka bagikan rejeki tersebut kepada yang lainnya. Tidak untuk disombongkan, tapi untuk dinikmati bersama. Mengucapkan syukur akan hari-hari dan waktu yang telah dijalani. Lupakan kesalahpahaman yang sempat terjadi, mari menyambut hari yang baru dengan lebih baik lagi.

Gong Xi Fat Cai untuk teman-teman semua yang merayakannya. Terima kasih karena sudah bersedia menjadi sumber informasi dan juga merelakan foto-fotonya dipajang di blog ini. 

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Blog Festival Imlek Indonesia


18 komentar:

  1. saya gak begitu banyak tahu soal imlek ini Mbak. Baca ini jadi sedikit tahu tentangnya. Sukses ya Mbak, semoha menang lombanya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 belajar, saya juga jadi ingin tahu lebih banyak lagi setelah bikin postingan ini :)

      Hapus
  2. Kalau saya tahunya kalu Imlek pasti identik dengan angpau dan hujan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahha, pernah kena hujan badai pas lagi jalan2 di Tahun Baru Imlek ya? :)

      Hapus
  3. Suka lihat lampion lampion cantik kalo Imlek mbak, apalagi dapet angpo ;)

    BalasHapus
  4. Tradisi selalu indah untuk dinikmati :)

    Salam,
    Oca

    BalasHapus
  5. Gong Xi Fa Cai.
    Anak-anak kalo Imlek yang ditunggu angpao nya hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahhaha, pastilah :) saya jug seneng... hihiihih

      Hapus
  6. Penampakan daging porknya itu loh kak Ria..bikin lapar...dah terbayang empuk2 gimanaa gitu :D

    BalasHapus
  7. Wah enak sekali imlek ya, ternyata sama saja kaya takbiran.

    Itu begadang sambil pintu dan jendela melongo apa tidak takut masuk angin?

    http://www.manapfama.com/

    BalasHapus
  8. Aku baca ini rada ngakak yang andai bertetangga ama yang lagi imlekan masak banyak itu hihihi
    Mie panjang umurnya ngiming imingin aku ni
    Emang klo kumpul kumpul suka gitu ya mb ri kadang bete ditanya aneh2 dg pertanyaan yg sama, tapi klo uda waktunya makan makan ya lenyap lagi rasa betenya wakakka

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanan memang bisa dianggap pembawa damai (walau sementara) hahahaha :)

      Hapus
  9. Aku dulu beli baju baru juga cuma mau lebaran aja hihihi, kalo malem taun baru juga begadang, nunggu jam 12, padahal nggak ada apa-apa juga... Tetep sepi lha wong rumahku di desa wkwkwkk

    BalasHapus
  10. Ria..Babi Cin nya enak keliatannya yumm. Tradisi bagi saya pas sebelum Xincia harus potong rambut biar buang sial katanya hehe trus 2minggu pas xincianya ga boleh potong rambut tar rejeki ngga dating.. ya ikutin aja selama ngga bertentangan :)
    trus paling seneng kalo Xincia hari pertama ngga boleh nyapu rumah hehe..
    makin gede.. saya dapat angpao makin dikit karena udah kerja ;p gimanapun seneng deh kalo Xincia bias ngumpul sama saudara
    suka baca blogmu ini Ria, salam kenal ya

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.