Blog berisi curhatan si lajang

Kamis, 13 Desember 2012

Menurut Saya The Casual Vacancy Itu

The Casual Vacancy; artinya kurang lebih sesuai terjemahan adalah: Kekosongan Jabatan dan judul bahasa Indonesianya adalah: Perebutan Kursi Kosong.

Cerita diawali dengan kematian Barry Fairbrother; seorang anggota Dewan Kota Pagford yang meninggalkan seorang istri dengan empat orang anak. Di awal sebagai pembaca saya masih meraba-raba sebenarnya tokoh Barry Fairbrother ini orang yang bagaimana ya? Sepertinya ia pria yang kurang perhatian pada keluarga karena istrinya Mary diceritakan kesal pada suaminya yang sibuk dengan artikel tentang seorang bernama Krystal.
Lalu saya mulai kewalahan karena cerita tidak hanya berkisar pada keluarga Barry Fairbrother. Berita kematiannya mulai tersebar dan membawa pembaca ke keluarga lain yang berpengaruh di kota Pagford yaitu : Mollison. Howard dengan istrinya Shirley sangat tidak menyukai Barry dan mereka termasuk yang gembira menyambut kematiannya. Keluarga Mollison di ceritakan mempunyai dua anak yang bernama : Miles dan Patricia. Miles adalah anak yang dibanggakan keluarga, mempunyai dua orang anak perempuan dari istrinya: Samantha. Patricia sendiri diceritakan telah keluar dari rumah dan tinggal di kota.


Kemudian berita duka tersebut sampai kepada keluarga Simon dan Ruth Price. Simon adalah ayah yang kejam pada kedua puteranya: Andrew dan Paul. Sementara Ruth selalu membohongi diri sendiri dengan berpura-pura bahwa keluarga mereka baik-baik saja, tidak ada masalah. Padahal suaminya jelas tidak menghormati dirinya dan tidak terlihat sayang pada anak-anak mereka. Keluarga inipun tidak terlalu banyak bergaul di kota tersebut.
Lalu suasana berpindah kepada pendatang baru di kota Pagford: Kay Bawden petugas dinas sosial; orang tua tunggal dengan putrinya yang bernama Gaia dan tengah menjalin hubungan dengan pria setempat yang bernama Gavin Hughes.
Disini saya mulai pusing karena belum sanggup menghapal nama-nama para tokohnya muncul lagi beberapa tokoh yaitu keluarga Walls dan Jawanda. Keluarga Walls terdiri dari Collin; seorang yang dipanggil dengan sebutan: Cubby serta isterinya bernama Tessa yang sama-sama bekerja di SMA Winterdown; mempunyai satu anak bernama Stuart Walls . Lalu keluarga Dr. Parminder dan suaminya Dr. Vikram yang mempunyai tiga anak; salah satunya Sukhvinder yang juga menjadi tokoh dalam cerita. Belum lagi keluarga Teri Weedon mempunyai dua anak Robbie dan Krystal yang dijadikan topik artikel oleh mendiang Barry.

Pelan-pelan saya mulai paham kalau sebagian penduduk Pagford tidak menyukai penduduk dari kota tetangga mereka: Yarvil. Penduduk Yarvil kebanyakan pengangguran, pemadat dan dianggap membawa pengaruh buruk pada keanggunan kota Pagford. Barry Fairbrother rupanya adalah salah satu dari penduduk Yarvil yang sukses dan mungkin karena itulah ia selalu memperhatikan Krystal Weedon. Krystal; yang telah menginjak usia remaja namun masih belum lancar membaca itu terkenal sebagai salah satu anak nakal di sekolah. Hanya Barry yang tahu potensi Krystal dan karenanya ia mengikutkannya dalam tim dayung putri.
Lalu mulailah JK Rowling membuka kebusukan para penduduk elit Pagford yang terlihat seolah manis dari luar namun menggelegak di dalam.
Howard dan Shirley Mollison adalah tokoh antagonis favorit saya. Mereka dengan rekan bisnis Howard yang bernama Maureen adalah tipe manusia yang selalu menganggap diri benar dan suci. Mereka percaya pada kemurnian tempat mereka dan karenanya tidak boleh ada satupun yang menganggunya. Shirley diceritakan tidak cocok dengan menantunya Samantha, tidak bisa menerima orientasi seksual puterinya, tidak menyukai rekan bisnis suaminya dan menganggap semua penentang suaminya adalah musuh termasuk Barry. Tidak ada yang sempurna seperti mereka padahal justru mereka termasuk yang paling bobrok dari segi mentalitas.
Krystal; walau tidak menjadi pemadat seperti ibunya tapi sudah menjalin hubungan seksual dengan Stuart atau dikenal dengan Fat. Fat adalah orang yang getir yang selalu menikmati ucapan kata-kata pedasnya terhadap orang lain. Hanya Andrew Price yang menjadi sahabatnya sejak kecil yang tahan bersamanya. Andrew dan Fat bisa cocok satu sama lain karena mereka sama-sama tidak menyukai orangtua masing-masing. Fat menganggap orangtuanya aneh dan memalukan, sementara Andrew benci melihat ayahnya yang selalu kasar dan ibunya yang selalu mengiyakan. Andrew tertarik pada Gaia yang menjalin persahabatan dengan Sukhvinder. Sukhvinder sendiri sering menjadi sasaran ejekan di sekolah bahkan di dunia maya. Belum lagi tekanan dari ibunya dokter Parminder yang menganggap Sukhvinder tidak mempunyai harapan untuk berprestasi seperti kedua saudaranya.
Dokter Parminder termasuk pendukung Barry dan karenanya sangat terpukul mendengar kematian Barry. Ia diam-diam memendam rasa suka pada pria tersebut dan sangat membenci Howard. Ia tidak tahu kalau menantu Howard memendam fantasi terhadap suaminya. Samantha; seperti ibu mertuanya yang cenderung tidak puas pada kehidupan mereka cenderung mengeluarkan kata-kata pedas sebagai pelampiasan rasa frustasi mereka.
Ibu Gaia, Kay sebenarnya petugas sosial yang perhatian namun harapannya untuk menjalin hubungan dengan Gavin kandas karena Gavin digambarkan sebagai pria yang plin plan. Gavin bisa dikatakan tipe pria yang sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak peduli dengan orang di sekitarnya.

Mulai pusing? Itu baru ringkasan cerita yang saya coba buat setelah menghabiskan hampir dua minggu untuk membaca buku setebal 593 halaman.
Banyak orang mengeluh mengenai cerita yang dikatakan biasa banget; tidak imajinatif jika dibandingkan dengan Harry Potter. Sebenarnya cerita The Casual Vacancy ini memang bukan cerita fantasy melainkan mengambil kisah yang bisa saja terjadi pada kehidupan sehari-hari. Malah ada yang membandingkannya seperti menonton Desperate Housewives! Jadi ingat ucapan seorang teman yang mengatakan, untuk membuat cerita itu terkesan biasa banget dan lancarr serta enak dibaca pastinya panjang proses yang dibutuhkan oleh penulisnya.
JK Rowling menulis tentang anak-anak yang dianggap nakal oleh orang sekitarnya karena stempel seperti: oh, ibunya pemadat dan pelacur maka anaknya akan sama. Oh, dia dibesarkan di daerah yang ditinggali oleh orang-orang brengsek maka pasti dia akan brengsek. Tapi pada akhirnya, memang hanya orang-orang yang diberkati dengan kemampuan khusus yang dapat melihat mana anak-anak yang masih berupa berlian mentah. Mereka benar-benar harus diperhatikan, diberikan kasih sayang dan dibimbing sehingga bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bahwa anak-anak yang terlihat liar dari luar itu sebenarnya membangun mekanisme pertahanan mereka sendiri. Sebelum disakiti oleh orang lain maka mereka akan melakukannya terlebih dahulu.
Ia juga menyorot sifat angkuh orang-orang yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain hanya karena mereka lebih secara keuangan. Mereka memandang rendah orang lain yang tidak berasal dari kelas yang sama. Namun, ada juga orang yang angkuh seperti itu karena berusaha menyembunyikan masa lalunya yang kelam. Sama kelamnya seperti orang yang ia hina setiap saat.
Belum lagi orang-orang yang getir dan jenuh dengan kehidupan mereka sendiri sehingga mendapatkan kenikmatan dari menyakiti perasaan orang lain dengan kata-kata tajam menusuk. Kelelahan luar biasa karena harus berhadapan dengan masalah orang lain sementara kehidupan sendiri berantakan dan tidak terselesaikan masalahnya.
Membaca cerita ini seperti membuat saya melihat betapa suram kehidupan manusia karena prasangka dan stempel yang digunakan untuk membeda-bedakan orang lain. Suasana muram terasa sekali di The Casual Vacancy dan bahkan membuat saya menangis ketika sampai pada halaman-halaman penghabisan.

http://images2.wikia.nocookie.net/__cb20120927232513/harrypotter/images/1/17/Jo_rowling.jpg

Saya akui awalnya cukup kewalahan karena tidak terbiasa membaca fiksi dimana tokoh-tokohnya ada banyak sekali dan semuanya memegang peranan dalam cerita. Saya terbiasa membaca cerita dimana tokoh sentralnya hanya ada satu atau dua orang saja. Membaca buku The Casual Vacancy memang tidak bisa terburu-buru dan harus perlahan untuk mulai mengenal karakter masing-masing tokohnya. JK Rowling mulai mengupas satu persatu mulai dari ciri fisik hingga sifat masing-masing dan apa yang melatarbelakangi sifat mereka. Dengan cerita sejarah kota Yarvil dan Pagford kita menjadi paham mengapa ada pertikaian terselubung. Dan sebenarnya tokoh Barry yang langsung dimatikan di awal justru menjadi tokoh sentralnya. Ia seperti tidak pernah benar-benar mati dan terus menghantui para tokoh-tokoh di cerita ini.
Jika terjemahannya enak dibaca maka…bagaimana dengan buku dalam bahasa aslinya ya? Ehm, kayaknya saya harus mencari edisi bahasa Inggrisnya juga nih untuk membandingkan terjemahan dan aslinya.
Saya suka membaca buku ini dan salut sama JK Rowling dengan kemampuannya membawa pembaca mampir di Pagford dan terlibat konflik di antara para tokoh-tokohnya. Ia benar-benar membahas apa yang ada di dalam benak masing-masing tokoh dalam menghadapi satu kejadian yang sama. Bagaimana pandangan mereka terhadap yang lain dalam berinteraksi sehari-hari.

Kesimpulan: SUKA BANGET DENGAN THE CASUAL VACANCY dan makin suka dengan pengarangnya: JK Rowling.

6 komentar:

  1. iya nih, di gramed sama gunung agung ditaro di rak best seller. cuma saya pikir berat kali buat dibaca. beruntung dapet resensinya di sini.

    BalasHapus
  2. Buku ini luar biasa keren, bagi gw. ^_^

    BalasHapus
  3. Membaca pendapat umum orang-orang tentang Casual Vacancy: Nampaknya orang sudah kadung tertempel stigma JK Rowling sebagai penuis Harry Poter yang penuh fantasi sehingga mereka seolah sulit menerima kenyataan bahwa Rowling ternyata bisa menulis cerita yang lebih mirip opera sabun.

    Tapi setelah gw membaca review Mbak Ria, gw sungguh berharap musim ujian gw segera berakhir supaya gw bisa segera beli dan membaca buku ini. Buku ini kedengarannya bagus sekali, seperti opera sabun yang ditulis dalam bentuk novel, dan nampaknya penokohan masing-masing tokohnya sangat kuat.

    Mbak Ria, gw senang dengan cara Mbak me-review buku ini, menggambarkannya dengan bagus tanpa harus menimbulkan spoiler. Jempol. :)

    BalasHapus
  4. sama, saya juga kewalahan dengan banyaknya tokoh didalam bukunya. Mandeg di pertengahan jadinya. Membaca iming-iming "kelam di bagian penghabisan" membuat saya kembali bersemangat melanjutkan.

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.