Blog berisi curhatan si lajang

Senin, 12 November 2012

Farewell...


Surip. Gak ngerti kenapa setiap kali bokap gue membawa pulang burung Nuri pasti namanya Surip. Mati satu diganti yang lain dengan nama sama tapi kelakuan yang berbeda.
Burung nuri peliharaan dirumah mati hari ini dengan kondisi yang menyedihkan juga. Kukunya yang sudah mulai panjang menyangkut di sela-sela kandang dan bisa jadi dia kehabisan tenaga untuk menariknya. Memang ini burung satu bandel banget. Sudah tahu kalau dia bermain di area itu pasti akan menyangkut tapi masih dilakukan. Gue suka ingat menutup bagian dimana dia sering nyangkut tapi yah, kelupaan akhir-akhir ini. Mungkin memang sudah waktunya juga.

Terus terang gue gak suka sama nih hewan satu karena galaknya gak hilang-hilang juga. Padahal sudah dipelihara selama lebih dari 10 tahun. Dan alasan gue gak suka karena gara-gara nuri yang ini, nuri kesayangan gue mati karena dipatuk terus sama yang galak ini. Padahal nuri yang mati duluan itu lebih jinak dan bisa diajak main. Ya makanya ketemu yang galak langsung lewat lah dia.



Tapi walau kesel gue terkadang maklum kenapa nih burung nuri galak gak abis-abis. Bisa jadi dia frustrasi karena seharusnya dia bisa terbang bebas di luar sana. Cari pasangan (ceile) terus punya anak-anak yang pasti sama galaknya kayak dia. Dan bisa hinggap atau tinggal dimana saja yang dia mau sampai akhir hayat menjemput. Tidak mati mengenaskan seperti sekarang ini. Ketika kita para pemiliknya sedang tidur dan tidak tahu kalau dia sedang meregang nyawa.

Plus, siapa sih yang suka dikurung terus dari pagi sampai malam lalu pagi lagi dan seterusnya? Kadang gue melihat diri gue pada burung Nuri ini dan sempat terpikir. Apakah kalau gue melepasnya begitu saja dari dalam kandang dan membiarkan dia terbang gue juga akan membebaskan diri sendiri dari rasa sesak dan kesal karena terkurung dalam rutinitas? Tapi apa hubungannya? Dan akhirnya dia benar-benar terbang bebas walau mungkin tidak seperti yang ia inginkan dan tidak sesuai dengan imajinasi gue.

Mungkin karena itulah gue malas untuk punya official pet. Selain gue gak yakin bisa komit ngurusin mereka yah karena gue tahu gue cuman seneng pas ngajakin main doang. Okay, ngasih makannya gue sih bisa aja rajin karena ya tega amat udah mau pelihara tapi gak rajin kasih makan. Tapi untuk hal lain seperti periksa ke dokter, belum ngajarin supaya jangan mengotori rumah, dan banyak lagi. Gimana juga kalau rumah harus ditinggal dan tidak ada yang menjaga? Berarti harus titip ke tempat lain dengan biaya yang tidak sedikit. Kayaknya unofficial pet kayak kucing-kucing liar ini sudah lebih dari cukup lah untuk mengisi hidup gue.

Sama burung Nuri ini gue emang gak sayang tapi biar bagaimana gue merasa agak kehilangan juga. Reseh-reseh begitu sudah 10 tahun lebih ada dirumah. Gimana yang kalau sudah gue sayang banget? Bisa sedih gak hilang-hilang nanti.

Bye-bye Surip... Finally you have your freedom... Thank you for being with us all these times...

4 komentar:

  1. Turut berduka cita untuk Surip si Nuri... :'(

    BalasHapus
  2. Hmm... persis spt perasaan gw ngeliat kura2 milik ponakan gw yg dikurung di dalam kotak. Gw sempat berpikir, apa mereka happy ya? Sayang aja mereka ga bisa ngomong utk dimintain pendapat.

    RIP Surip.

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.