Blog berisi curhatan si lajang

Rabu, 26 September 2012

Berpikir



Nyokap gue paling demen sama yang namanya sinetron. Ketika gue sempat nganggur di rumah selama dua tahun, kenyang deh dengan sinetron yang banyak banget ada di televisi kita.



Sinetron yang di tonton sama nyokap gue beragam (ancurnya). Katanya gak demen, kok gue bisa tahu? Gimana gue bisa gak tau kalau volume tv-nya dipasang sampai poll. Kalau gue gak pasang headset di kuping dengan volume yang juga sampai poll, maka dialog-dialog dalam sinetron beserta lagunya yang bikin naik pitam itu masih bisa nembus ke dalam kuping.

Nah, sinetron-sinetron yang ditonton nyokap gue itu ada yang ceritanya mengambil cerita-cerita rakyat. Seperti bawang merah dan bawang putih. Atau timun mas and so on. Jadi, elo menduga mungkin bakal jadi seperti Snow White and the Huntsmen atau yang baru mau beredar di bioskop tahun depan: Hansel and Gretel. SALAH. Ceritanya ngambil plek, plek, dari  cerita rakyat tersebut mungkin dengan sedikit ditambahin sana sini. Setting: jaman modern. Rumah gedongan. TAPIIII...rumah gedongan kok masih nyuci baju di sungai yeee? Emang orang kaya dengan rumah gedongan gak punya area cuci baju kalau sekedar ingin menyiksa anak tiri dengan kerjaan bejibun? Atau malah mengambil cerita dari luar seperti: Cinderella, Snow White...

Cerita lain lagi, apaaaa aja bisa jadi alat bantu instant. Mulai topi ajaib, sapu ajaib, centong ajaib, kantong ajaib, pohon ajaib, ikan ajaib, piring ajaib, sarung ajaib... Semuanya bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam waktu singkat, memberikan kekayaan, memberikan masalah, dan membantu juga menuntaskan masalah.

Dan yang udah umum, cerita berebutan suami, istri, pacar, tunangan, kerjaan, harta and so on walau kemasannya berbeda. Tapi kurang lebih dipenuhi dengan jeritan, teriakan, geraman, tudingan, bentakan yang nadanya mirip dengan tokoh dalam sinetron jadul: Ibu Subangun. Persis banget deh.

Kenapa gue mendadak ngomongin sinetron? Karena beberapa waktu lalu gue muter dvd film horror utk ditonton bareng ponakan dan nyokap: The Woman in Black. Dan nyokap gue perlu nonton dua kali untuk bisa mengerti film itu. Why? Karena tidak seperti buku cerita, ada beberapa momen di film yang perlu kita tebak-tebak sendiri. Apa yang ada dalam benak si tokoh fiksi dalam film tersebut? Apakah dia ketakutan? Apakah dia hendak mengambil tindakan seperti yang mungkin akan kita ambil jika kita berada dalam posisinya? Dan semua itu berjalan cepat dan sudah masuk ke adegan berikutnya.

Sementara dalam sinetron dan juga kayaknya dalam semua soap opera di seluruh dunia. apa yang sedang dipikirkan si tokoh itu: DIPERDENGARKAN pada penonton. Sehingga terkadang tidak masuk akal. Masa sih orang yang ada di hadapannya itu dicuekin selama beberapa menit sementara si tokoh sibuk ngomong sama diri sendiri? Ternyata kebanyakan nonton sinetron bisa memudarkan daya khayal si penonton.

But then again, nonton sinetron kan tujuannya ngubek emosi doang.... Bukankah begitu? :)

8 komentar:

  1. Jadi inget sama genre sinetron tersanjung dulu...

    salam bloger...

    BalasHapus
  2. Etapi dulu aku suka lho nonton sinetron jadul yg sering main tu Paramitha Rusady atau Desy Ratnasari atau Dian Nitami atau.. ya pokoknya mereka2 itulah. Hahaha.. lupa judulnya.. :D *remajaku ancur dgn sinetron :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahah, tp sinetron dulu gak seancur sekarang dehhh

      Hapus
  3. Sebenernya siy... Kalo mau bikin yg bagus bisa aja kan ya.. Kalo gw bilang, mereka bikin yg asal jadi yg penting iklannya kenceeeng ajah :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. soalnya yg nonton juga banyakan gak protes sihh... jd ngapain repot?

      Hapus
  4. Muahahahaha
    Ini sama bgt sama ibuku loh, mbak. Ah, aku khawatir jangan-jangan kalo udh emak-emak nanti aku juga abakalan ketularan.

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.