Blog berisi curhatan si lajang

Rabu, 17 Agustus 2011

Ketika uang merubah segalanya...

Gimana ya rasanya menerima uang 1,2 Milliar mendadak?

Itu deh yang gue baca dari berita tentang Darsem; mantan TKW yang lolos dari hukum pancung di Arab Saudi. Gue gak tau juga tuh siapa yang berbaik hati ya memberikan uang sebegitu banyak sama si Darsem. Boleh gak gue juga minta sama orang itu? Gak sampe 1 miliar kok. Heheheh




Anyway, berita-berita menyebutkan si Darsem jadi lupa daratan karena ketiban durian runtuh (sampai sekarang gue nggak ngerti kenapa rejeki itu selalu disama'in sama durian runtuh. Ketiban durian itu bukannya malah jadi bencana gak sih?) Ia dan keluarganya diberitakan hanya menghamburkan uang tersebut dan menjadi sombong. Banyak juga yang mengatakan jadi khawatir bahwa melihat bantuan yang disalahgunakan ini maka di kemudian hari orang tidak akan mau lagi membantu sesamanya.


Well, jujur aja sih gue juga sirik banget lah si Darsem dapat duit segitu banyak dan mencibir mendengar ia hanya menghamburkabn uang tersebut begitu aja. TAPIIII, jujur juga pada diri sendiri bahwa kemungkinan besar gue pun akan berbuat hal yang sama. Sekarang begini deh, dari yang biasanya hidup kekurangan hingga mesti jauh-jauh kerja di negeri orang lalu mengalami berbagai peristiwa yang membuat susah bahkan nyaris merenggut nyawa. Tiba-tiba diberi kesempatan kedua dan jreng...bukan saja nyawa selamat tapi berlimpah uang mendadak (kok kayak sinetron banget ya yang tidak pernah jelas darimana para tokohnya mendapatkan kekayaan). Apakah gue akan menghamburkan uang tersebut? Tentu saja! 1 milliar booo... Jadi, gue gak bisa menyalahkan juga kenapa Darsem berbuat seperti itu.

Uang itu selalu menyilaukan orang sehingga cenderung bisa merusak persaudaraan, persahabatan, perjanjian kerja sama dan masih banyak lagi.

Sekarang coba deh kita ingat-ingat, kalau kita hendak menyumbang kebanyakan lebih senang langsung memberikan dalam bentuk barang khan daripada uang? Karena apa? Bantuan dalam bentuk barang aja bisa disalah gunakan. Apalagi dalam bentuk uang?

Kita gak mungkin berharap semua orang bisa sama seperti keluarga Azka yang memutuskan untuk tidak menggunakan uang sumbangan karena telah mendapat jaminan bantuan dari pemerintah. Kita mesti bertanya sama diri sendiri, apa kita bisa bertindak seperti itu? Apalagi jelas-jelas kita membutuhkan uang tidak hanya untuk biaya pengobatan tapi juga banyak hal lain. Tapi toh keluarga ini memutuskan untuk memberikannya pada keluarga lain yang juga membutuhkan.

Menurut gue sih, akan lebih bagus jika orang memberi bantuan pada Darsem dengan memberikan pekerjaan. Atau memperbaiki rumah orangtuanya. Atau bisa juga menjamin anaknya dari biaya uang sekolah yang mencekik entah sampai SMA atau bahkan universitas.

Tapi yah, sumbangan sudah diberikan dan mudah-mudahan aja yang memberikan gak kapok.

Dan soal kekhawatiran bahwa orang akan malas membantu yang lain dalam kesusahan, ah menurut gue itu berlebihan. Rakyat kita selalu siap membantu yang lain dan ini sudah terbukti beberapa kali. Karena siapa lagi yang mau memperhatikan kita dan sebaliknya jika bukan kita dan sesama kita?

4 komentar:

  1. Uhuiiy 1.2 M, weleh, kalo gue pun akan gue hambur-hamburkan pastinya, hahaha, kebayang beli mobil, beli laptop/iPad, ! Apa yang sudah diberikan ya apa boleh buat, itu hak yang menerima mau melakukan apapun dengan uang itu. Toh kalau nanti habis begitu saja, yang rugi juga si penerima itu. Yang memberi (apalagi keroyokan) sebetulnya nggak banyak ruginya kan ya, paling cuma jengkel, jengkelnya itu perlu lagi dipertanyakan, kalo menurut gue, sebab, kadang kita jadi sebel karena kita nggak bisa "ngatur" orang lain, apalagi saat merasa kita punya "andil" jadi merasa punya juga hak suara untuk menentukan apa yang musti dan apa yang nggak musti dilakukan oleh org lain. Sedangkan yg ga punya andil tapi ikutan mencela, itu karena, mmg paliiing enak melakukan pencelaan berjamaah, wkwkwkwk...

    BalasHapus
  2. iya sih... Kalau kita memberi sesuatu itu kadang suka gak rela kalau disalahgunakan sama yang menerima. padahal yang namanya udah dikasih ya mestinya terserah yang terima...

    Huehehehe, mencela itu khan memang tanda sirik...dan sirik karena mengkhayal seandainya gue yang dapat tuh ratusan jutaaaa... Huahahaha...

    BalasHapus
  3. Oww.. itu toh yang namanya Darsem, kemaren sempet liat namanya disebut2 tapi gua kaga mudeng dia siapa, hahahaha :p

    BalasHapus

Thank you for reading and comments.
Comments will be screened first.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.